Jamaah Muslim Geografi (JMG) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) akhirnya angkat bicara terkait foto pengurus perempuan yang diblur dan berujung polemik. Berikut ini penjelasan lengkap dari pengurus JMG UGM.
Mengawali penjelasannya, Ketua Terpilih JMG UGM tahun 2020, Sandy Danu menyampaikan polemik ini tidak hanya menimpa lembaga dakwah yang dipimpinnya itu. Dia menyampaikan, interpretasi menjadi hak masing-masing netizen.
"Jadi, tidak sekali ini saja terjadi. Tidak hanya JMG saja. Kalau dari saya sendiri, itu hak mereka sendiri untuk menginterprestasi upload-an tersebut. Hanya saja, kami tidak ada maksud apapun untuk membuat suasana tidak kondusif," ujar Sandy saat ditemui detikcom, di kampus UGM, Kmais (13/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan ini, Sandy menjelaskan foto itu diposting dalam rangka soft launching kepengurusan baru JMG UGM. Pemburaman foto tersebut, jelas Sandy merupakan upaya dari lembaganya untuk menjembatani keinginan beragam dari pengurus dan anggota perempuan di JMG UGM.
"Jadi, ini murni keinginan pribadi, keinginan individu teman-teman perempuan. Jadi, itu adalah jalan tengahnya. Jadi, kami blur foto itu. Ini adalah kesepakatan kami bersama dan ini juga muncul dari keinginan dari pribadi masing-masing," terang Sandy.
Sandy tak menampik pemburaman foto itu bukan tuntunan Islam. Namun dia menegaskan keputusan di balik foto blur itu, sifatnya keinginan pribadi.
Polemik Foto Blur Mahasiswi Geografi UGM, Dekan Perintahkan Dihapus :
"Jika ada yang keberatan, mereka tidak mempermasalahkan. Bisa jadi, dari teman-teman ada yang malu atau tidak biasa ekspos fotonya," tuturnya.
Dia kemudian menegaskan polemik ini telah rampung setelah JMG UGM bersepakat dengan Dekanat Fakultas Geografi UGM. Mereka sepakat untuk menghapus foto itu sebagai jalan keluar.
Menurutnya, yang terpentin adalah menjaga kondisi kondusif. Sedangkan terkait interpretasi yang sudah terlanjur muncul, dia mempersilakannya.
"Artinya, kami sudah mengambil langkah sebaik-baiknya agar tidak semakin membuat keributan di dunia maya dan masyarakat yang lebih luas," kata Sandy.
Sandy juga menanggapi imbauan Rektor UGM, Panut Mulyono yang menyampaikan agar tak ada perbuatan yang membuat orang berpikir berbeda. Termasuk meminta JMG tak main-main dengan foto.
![]() |
"Intinya, kami sangat menyambut baik keinginan rektor untuk menemui kami. Masalah seperti ini memang harus ada dialog. Sampai sejauh ini, belum ada komunikasi dari rektor. Cuma, dari Ditmawa sudah ada tindak lanjut. Menurut saya, semua sudah," urainya.
Yang terpenting, lanjut Sandy, setelah polemik ini dia berharap semua pihak sama-sama belajar memahami dan menghargai setiap pendapat orang lain sebagai repressentasi keberagaman di Indonesia.
"Tentunya, isu radikalisme yang dilontarkan kepada kami merupakan hal yang tidak berdasar. Mungkin, isu radikalisme ini jangan digoreng terus, tetapi coba kita godog terus," tuturnya.