Para pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Sudirman, Kota Yogyakarta akan direlokasi ke pasar. Sebab, Pemkot Yogyakarta segera melanjutkan proyek semi pedestrian Jalan Sudirman-Tugu Pal Putih.
"PKL di situ ada yang wilayah (Kecamatan) Jetis dan Gondokusuman. Di Jetis ada total 18 PKL, tapi sebenarnya ada 21 karena satu tempat dipakai beberapa orang. Pedestrian itu rencana bebas dari PKL," kata Camat Jetis, Sumargandi saat dihubungi wartawan, Senin (10/2/2020).
Sumargandi menjelaskan, rencana pembangunan pedestrian Jalan Sudirman akan dimulai April-September 2020. Proyek tahap dua ini meliputi area barat Jembatan Gondolayu hingga Tugu Pal Putih Yogyakarta. Sumargandi menyebut pihaknya sudah melakukan sosialisasi awal untuk para PKL.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau rencana, April sudah dimulai pembangunannya, tentunya nanti PKL sebelum pembangunan sudah ancang-ancang. Makanya kami sudah melakukan sosialisasi awal dan seluruh PKL kami undang," jelasnya.
Sumargandi mengatakan pihaknya berusaha menyiapkan lokasi baru untuk para PKL terdampak. Yakni di pasar yang masih memiliki los kosong.
"Jetis kan ada Pasar Pingit dan Kranggan, tapi Kranggan sepertinya sudah penuh, nanti akan kami koordinasikan dengan Disperindag. Yang jelas untuk pasarnya di mana belum kami tentukan, kalau bisa ya masih di pasar daerah kota," ujarnya.
![]() |
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta, Yunianto Dwi Sutono menambahkan pihaknya siap mendata untuk relokasi PKL di Jalan Sudirman. Pihaknya akan mengecek ketersediaan los di pasar tradisional terdekat.
"Kami juga akan memperluas inventarisasi ke pasar tradisional lain jika data mengenai ketersediaan los tersebut masih dibutuhkan. Di Yogyakarta ada 30 pasar tradisional. Saya kira, pasti ada tempat untuk penataan PKL," kata Yunianto.
Menurutnya, para PKL di Jalan Sudirman dari simpang Jembatan Gondolayu hingga Tugu dapat diarahkan ke pasar tradisional terdekat.
"Dari ruas Jalan Sudirman, ada beberapa pasar tradisional terdekat yang bisa dimanfaatkan, seperti Pasar Kranggan, Pasar Pingit atau ke Pasar Karangwaru. Kami cari pasar mana yang memungkinkan, dengan mempertimbangkan beberapa kriteria. Yang menjadi pertimbangan salah satunya yakni regulasi yang ada," jelasnya.
Diwawancara terpisah, seorang PKL Jalan Sudirman, Lasmi (58), mengaku sudah mendengar rencana relokasi dampak dari penataan pedestrian itu.
"Iya kemarin sudah diberi tahu April 2020 ada proyek. Ini saya bingung mau pindah ke mana. Kemarin dengar mau di pindah ke pasar," ujar Lasmi ditemui di lokasi dia berjualan.
Namun warga Jetis, Yogya itu khawatir jika direlokasi ke pasar akan berdampak menurunnya penghasilan. Dia mengaku sudah jualan di tempat tersebut selama 30 tahun jualan rokok dan bensin di lokasi tersebut.
"Saya ini sudah janda, di sini juga cuma nyari makan. Kalau dipindah di pasar yang mau beli siapa? Masa beli rokok dan bensin harus lari ke pasar. Pasar buat beli sayur," katanya.
Dia pun mengatakan jika harus beralih dagangan lain maka butuh modal tambahan. Selain itu, ada biaya tambahan yang harus disiapkan jika harus pindah jualan ke lokasi lain.
"Ini saja modal sudah ada utang. Kalau bikin usaha baru, susah. Kalau pindah, proses pindah dagangan juga butuh biaya lagi," pungkasnya.