Hingga saat ini, Pemkab Gunungkidul mencatat ada 60 ternak mati mendadak dan 6 ternak positif antraks. Untuk menyekat penyebaran bakteri antraks, Pemkab mengkaji perlu tidaknya penutupan sementara pasar hewan di seluruh daerah tersebut.
"Sampai saat ini yang positif antraks ada 2 ekor sapi dan 3 ekor kambing di (Dusun) Ngrejek Wetan (Desa Gombang, Kecamatan Ponjong), terus satu sapi di Desa Pucanganom (Kecamatan Rongkop)," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, Selasa (28/1/2020).
Selanjutnya, kata Kelik, ada 60 ekor ternak yang mati mendadak. Menurutnya, kematian mendadak itu kurangnya asupan gizi, keracunan, radang rahim, larva lalat, demam, kembung dan kurang susu pada hewan ternak.
"Dari 60 ekor itu 51 mati mendadak dan langsung dikubur karena sudah jelas penyebab kematiannya. Tapi untuk yang 9 ekor diambil sampel darahnya," ucap Kelik.
Karena itu, saat ini Pemkab terus melakukan vaksinasi terhadap hewan ternak, khususnya di zona kuning yakni Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul. Menurutnya, sudah ada ribuan hewan ternak yang divaksin oleh petugas.
Terkait adanya upaya penutupan sementara Pasar Hewan di Gunungkidul, Kelik mengaku Pemkab masih mengkajinya. Mengingat Pasar Hewan di Gunungkidul hanya buka menyesuaikan pasaran pada hari pasaran tertentu.
"Untuk itu (penutupan sementara Pasar Hewan) masih harus dikaji dulu bersama OPD terkait. Apalagi Pasar Hewan itu bukannya hanya seminggu sekali," katanya.
Namun bisa juga diputuskan penutupan pada saat seharusnya pasar hewan buka. Tujuannya untuk membersihkan bakteri antraks di lokasi. "untuk dilakukan pembersihan bakteri antraks dengan penyemprotan formalin," pungkasnya.