Pantauan detikcom, Rabu (8/1/2020), rekahan tersebut berada di belakang rumah salah seorang warga Dusun Brongkol, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunungkidul.
Berjarak sekitar 10 meter dari rekahan tersebut tampak lubang menganga. Lubang itu berdiameter sekitar 2 meter dan kedalaman sekitar 3 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Lagi! Lubang Menganga Muncul di Gunungkidul |
Salah seorang warga Dusun Brongkol Suyatno (60) menjelaskan kejadian pada Senin (6/1) pagi itu. Dia mengaku mendengar suara gemuruh ketika hendak melaksanakan salat Subuh saat itu.
"Kejadiannya kemarin pagi menjelang Subuh. Saat itu saya mendengar suara blek, blek (gemuruh), dan disusul getaran juga," katanya saat ditemui di Dusun Brongkol, Rabu (8/1/2020).
Suyatno panik. Saat ke luar rumah, dia melihat rekahan tanah muncul di halaman belakang rumahnya. Bahkan pohon-pohon di sekitar rekahan ikut tumbang.
Lubang Besar Kembali Muncul di Tengah Sawah Gunungkidul:
"Saya langsung ke luar rumah dan ternyata ada pohon yang tumbang karena rekahan tanah," ucapnya.
Tak jauh dari lokasi tersebut, terdapat rekahan lagi yang berbentuk seperti saluran air mengarah ke permukiman warga di Dusun Kenis. Munculnya rekahan itu membuat lumpur turun hingga halaman depan rumah salah seorang warga Dusun Kenis. Tak hanya itu, jalan di dusun tersebut juga tertutup lumpur.
Sementara itu, Kepala Desa Purwodadi Sagiyanto menjelaskan rekahan mengalirkan lumpur dari Dusun Brongkol ke Dusun Kenis. Hal itu karena letak geografis Dusun Brongkol berada di perbukitan, dan Dusun Kenis berada di bawah bukit tersebut.
"Kejadiannya (rekahan tanah) itu di Dusun Brongkol, perbatasan sama (Dusun) Kenis. Lalu lumpurnya turun sekitar 50 meter masuk ke Kenis, ke permukiman ini," katanya.
"Sampai di Dusun Kenis itu ya Senin pagi, terus lumpur itu menggenangi halaman rumah Pak Kliman dan Jalan Dusun yang ada di depan rumah Pak Kliman. Tapi lumpur tidak sampai masuk ke dalam rumah," imbuh Sagiyanto.
Pantauan detikcom, ketinggian lumpur di halaman rumah Kliman sekitar 70 sentimeter. Namun saat ini ketinggian itu berangsur-angsur berkurang.
Sagiyanto menyebut kejadian tersebut membuat puluhan keluarga terancam. Sebab, rumah mereka berada di dekat jalur rekahan tersebut.
"Sekitar 20 keluarga yang terancam. Kalau rata-rata empat orang setiap keluarga, berarti ada 80 jiwa yang terancam. Kenapa terancam? Karena diameter (rekahan) masih bisa bertambah akibat hujan," katanya.
Halaman 2 dari 2