Haedar Minta Deradikalisasi Diganti Moderasi, Ini Respons Menag

Haedar Minta Deradikalisasi Diganti Moderasi, Ini Respons Menag

Pradito Rida Pertana - detikNews
Kamis, 12 Des 2019 17:28 WIB
Menteri Agama (Menag) RI, Fachrul Razi, di Sportorium UMY, Kamis (12/12/2019). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom)
Bantul - Menteri Agama Fachrul Razi mengapresiasi pidato Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir yang membahas perlunya mengganti pendekatan deradikalisasi menjadi moderasi. Fachrul sependapat dan mengaku telah mengampanyekan moderasi hingga ke luar negeri.

"Tadi bagus sekali ini, beliau (Haedar) menyampaikan pidato pembukaan tentang moderasi, dan moderasi itu sebetulnya yang selama ini kami kampanyekan. Bukan hanya ke dalam (negeri), pada saat ke luar (negeri) pun saya banyak mengampanyekan moderasi," ujar Razi saat ditemui di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (12/12/2019).


Lanjut Fachrul, seperti halnya saat ia melakukan kunjungan ke Arab Saudi. Di sana, Fachrul banyak bertukar pikiran dan bercerita tentang moderasi untuk menangkal radikalisme.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dan sepertinya Saudi juga melakukan hal-hal yang mirip-mirip juga dengan yang kita lakukan di sini (Indonesia). Contoh, Saudi mengangkat bahwa, peningkatan atau penguatan identitas keagamaan Islam dengan nation harus jadi satu kotak. Jadi meningkatkan identitas keislaman dan nasional, atau bangsa, merupakan suatu keutuhan," jelasnya.

"Jadi kalau kita lihat, masalah moderasi beragama ini sudah menjadi program dunia Islam sepertinya begitu, ya. Kalau tidak, memang kita akan sulit maju," imbuh Fachrul.


Ia menyebut moderasi merupakan program lama dan sudah berjalan di Indonesia. Menurutnya, moderasi adalah langkah menangkal paham radikalisme dengan cara yang lebih lembut dan tidak mengutamakan upaya-upaya yang drastis seperti di negara lain.

"Jadi kalau kita ngomong nation aja tidak melihat Islam, maka salah, kita bisa menyimpang jauh. Tapi kalau kita omong tentang Islam saja, tidak melihat nation, khawatirnya nanti pelaksanaannya kurang pas untuk meningkatkan wawasan kebangsaan kita," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dikukuhkan menjadi Guru Besar UMY hari ini. Haedar menyampaikan pidato ilmiah berjudul 'Moderasi Indonesia dan Keindonesiaan Perspektif Sosiologi' di Sportorium UMY.

Dalam pidatonya, Haedar menyinggung kondisi Indonesia. Menurutnya, belakangan kondisi bangsa digambarkan seakan dalam kondisi darurat 'radikal' dan 'radikalisme'. Kondisi itu menimbulkan kontroversi.

"Indonesia dalam kurun terakhir seakan berada dalam darurat radikal dan radikalisme," ucap Haedar di awal pidatonya, Kamis (12/12).

Untuk itu, kata Haedar, bangsa Indonesia harus mampu menyelesaikan berbagai masalah radikalisme di berbagai lini kehidupan bangsa, bukan hanya memfokuskan diri para persoalan radikalisme beragama.

"Indonesia harus mampu menyelesaikan masalah radikalisme dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan agar berjalan ke depan sesuai dengan landasan, jiwa, pikiran, dan cita-cita nasional," ujar Haedar.
Halaman 2 dari 2
(rih/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads