Sawah terendam air setinggi 50-70 sentimeter berada di Desa Lambangan, Berugenjang dan Wonosoco. Banjir akibat limpasan air Sungai Londo yang melintasi desa tersebut.
"Di sini kalau musim hujan, banjir seperti ini," kata seorang petani setempat, Mashadi, ditemui di lokasi sawah, Senin (2/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga lain, Rasmin, mengaku banjir sudah terjadi hampir sepekan ini.
"Semingguan ini banjir. Karena air sungai meluap, terus melimpas ke Wonosoco dan Berugenjang," kata Rasmin.
Warga pun memanfaatkan kondisi tersebut dengan mencari ikan di genangan air sawah.
Sementara itu Camat Undaan, Rifai Nawawi, mencatat di wilayahnya sudah mulai memasuki musim tanam pertama (MT 1). Bahkan sudah ada petani yang mulai tanam padi dan ada yang menunggu persemaian bibit umur 18 hari sampai 25 hari, atau rata-rata menunggu 1 pekan lagi.
"Bahwa Undaan sudah mulai MT 1, dan saat ini sudah ada yang mulai tanam padi dan ada yang menunggu persemaian bibit umur 18 sampai dengan 25 hari. Atau rata-rata menunggu 1 minggu lagi," kata Rifai melalui pesan singkat.
"Ada yang persemaian atau pembibitan tergenang air di wilayah sebagaian Lambangan, Berugenjang, dan Wonosoco. Yakni Lambangan 50 hektare, Berugenjang 75 hektare, dan Wonosoco 200 hektare," terangnya.
Warga memanfaatkan lahan sawah yang terendam banjir dengan mencari ikan di Kudus, Senin (2/12/2019). Foto: Akrom Hazami/detikcom |
Rifai menuturkan kerugian petani dalam persemaian atau pembibitan per hektare kurang lebih Rp 750 ribu per hektare yang dipakai untuk pembelian benih, pupuk dan biaya operasional.
"Kerugian petani dalam persemaian/pembibitan per hektar kurang lebih mulai dari pembelian benih, rabuk (pupuk), biaya operasional 750.000 per hektare," jelasnya.
Dia mencatat pula bahwa penyebab sawah terendam yakni adanya air hujan dari Grobogan mengalir di Sungai Londo yang kemudian mengalir sampai ke arah timur Wonosoco. Lantas air sungai melimpas ke persawahan sehingga air yang di sawah tidak bisa keluar.
"Air melimpas di persawahan dan malahan air di sungai debitnya agak tinggi. Sehingga masuk ke sawah dan menggenangi sawah," imbuh dia.
Solusinya, kata dia, perlu dibuatkan pintu air sebagaimana yang ada di Desa Karangrowo dan optimalisasi lahan yaitu pengurukan lahan agar lebih tinggi.
"Juga pengerukan mulai dari notok sungai ke arah timur kira-kira 1 km, dan memaksimalkan pengerukan. Dengan catatan, pengerukan dilakukan dalam waktu yang tepat yakni saat kemarau, atau tidak saat hujan mulai tiba," imbuhnya.
Tonton juga Penipuan CPNS, Emak-emak di Kudus Raup Rp 1 Miliar :
(rih/rih)












































