"Tahun 2019 kami mulai menyasar tokoh lintas agama. Agar disosialisasikan dengan benar ke masyarakat tata caranya," ungkap Pengelola Bidang Data dan Informasi KPA Klaten, Amin Bagus Panuntun, saat diwawancarai detikcom di kantornya, Minggu (1/12/2019).
Menurut Amin, dari masing-masing agama di Klaten sudah diwakili 50 peserta. Pelatihan dan sosialisasi dilakukan bertahap untuk melengkapi tahun 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ODHA yang meninggal tidak perlu dijauhi atau ditakuti. Asalkan masyarakat memahami penularan HIV dengan benar dan mengerti cara pemulasaraan jenazahnya, ODHA tidak perlu diasingkan.
Data terakhir, kata Amin, jumlah kasus HIV/AIDS di Klaten sejak tahun 2007-2019 mencapai 868 kasus. Terdiri dari 464 HIV dan 404 sudah AIDS.
"Dari 868 kasus itu yang meninggal 87 orang. Ironisnya kasus terbanyak di usia produktif 25-40 tahun," tambahnya.
Dengan kasus yang banyak dan jumlah pengguna obat antiretroviral (ARV) sebanyak 297 orang maka kematian bisa saja bertambah di tahun-tahun depan. Penyebabnya karena henti obat.
Pengelola Program dan Kegiatan KPA Klaten Fauzi Rivai mengatakan faktor henti obat berisiko menyebabkan kematian. ODHA yang tidak kuat biasanya berhenti mendadak.
"Dalam kondisi semacam ini masyarakat di lingkungan harus siap. Sebab tenaga KPA sangat terbatas," jelasnya.
Dengan kesiapan semua elemen dan lingkungan masyarakat, harapannya jenazah ODHA tertangani dengan baik dengan mengurangi risiko penularan sekecil mungkin. (rih/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini