Informasi yang dihimpun detikcom, terduga teroris dari Pajang RT 05 RW 01, Laweyan, bernama Jamaludin ialah seorang ustaz. Kemudian dari Nusukan RT 04 RW 18, Banjarsari, Jundullah bekerja sebagai sales makanan. Serta dari Kauman RT 03 RW 05, Pasar Kliwon, Frisnomi bekerja sebagai juru parkir.
Menurut Ketua RW 01, Danang Prawironoto, Jamaludin sudah lama tinggal di kampung yang kini ditinggalinya. Dia kerap memberi tausiyah di masjid kampung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, isi tausiyah yang disampaikan Jamal tidak pernah mengarah kepada radikalisme. Kebanyakan hanya kajian umum seputar Islam.
"Isinya biasa saja, hanya tausiyah tentang agama Islam. Tidak pernah mengarah ke radikalisme. Makanya saya kaget kok ditangkap," kata dia.
Kuasa hukum Jamal, Heri Dwi Utomo, mengatakan bahwa Jamal juga bekerja sebagai seorang pengajar di salah satu pondok pesantren.
"Tapi jangan dikaitkan kasus hukum ini dengan tempat dia mengajar. Pak Jamal sudah lama menjadi akademisi, punya sambilan jualan madu," ungkapnya.
Berbeda dengan Jundullah, terduga teroris dari Nusukan. Jundullah dikenal oleh warga sebagai orang yang tertutup.
Ketua RT 04 RW 18 Nusukan, Bambang Sujono, mengatakan Jundullah merupakan warga pendatang. Sedangkan istrinya merupakan warga asli kampung tersebut.
"Orangnya tertutup, tidak pernah ikut kerja bakti. Kalau salat juga tidak di masjid sini, padahal rumahnya dekat masjid," ujar Bambang.
Tetangga Jundullah, Tutik (48), nengatakan Jundullah dan istrinya kenal melaluinya media sosial. Setelah menikah, istri Jundullah dianggap menjadi tertutup.
"Saya jarang melihat dia (Jundullah), jarang pulang. Istrinya setelah menikah juga tertutup," ujar Tutik.
Sementara Frisnomi, terduga teroris asal Kauman, bekerja sebagai juru parkir di sebuah toko alat tulis. Tempat kerjanya masih berada di kawasan Kauman, tak jauh dari indekosnya.
Teganggaindekosnya, AhmadSyidiRozaki, mengaku tidak menduga tetangga kosnya itu ditangkapDensus 88. Menurutnya, aktivitasFrisnomi tidak ter
Baca juga: Polisi Tangkap 3 Terduga Teroris di Medan |
"Orangnya memang tidak banyak berkomunikasi. Kegiatan selain bekerja tidak tahu, tapi dia lebih banyak di kos. Tidak mengira kalau ditangkap," ujarnya.
Sementara Ketua RT 03 RW 05, Muhammad Khoiri, mengatakan bahwa Frisnomi sejak kecil tinggal di Kauman. Namun kini dia tinggal di indekos milik seseorang bernama Yusron.
"Dulu kan tinggal magersari di RW 03, lalu dijual, sama ibunya tinggal di kosnya Pak Yusron, sudah 10 tahunan. Ibunya sudah meninggal, sekarang sendiri," kata Khoiri.
Dia mengaku tidak menyangka Frisnomi ditangkap Densus 88. Khoiri menyebut Frisnomi bersosialisasi dengan baik dengan warga kampung.
"Orangnya baik, rapat RT juga datang. Tapi memang orangnya pendiam," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini