Dua pasang gunungan yang berisi bahan makanan dikirab dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Gunungan tiba di halaman masjid sekitar pukul 10.45 WIB.
Satu pasang gunungan langsung menempati sisi utara dan selatan halaman masjid. Masyarakat yang sudah menanti pun tidak sabar ingin meraih bahan makanan yang ada pada gunungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Membumikan Islam Lewat Gamelan Sekaten |
Seharusnya gunungan didoakan terlebih dahulu baru mulai diperebutkan. Namun gunungan langsung diserbu masyarakat sebelum doa dimulai.
Gunungan ludes dalam waktu sekitar 10 menit. Sementara satu pasang gunungan lainnya dibawa kembali ke halaman keraton dan diperebutkan di sana.
![]() |
Gunungan diperebutkan karena dianggap sebagai berkah. Menurut Sekretaris Masjid Agung Surakarta, Abdul Basyit, gunungan merupakan simbol sedekah dari raja.
"Semakin banyak gunungan yang dikeluarkan raja itu menandakan raja dapat rejeki yang melimpah. Jadi menandakan nikmat yang diturunkan Allah kepada raja disebarkan kepada masyarakat," ujar Basyit.
Adapun Grebeg Mulud ini digelar sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad. Grebeg Maulud digelar pada tanggal 12 bulan Rabiul awal atau bulan Mulud pada kalender Jawa.
"Ini digelar sebagai peringatan hari lahir Nabi Muhammad yang merupakan suri tauladan, dilahirkan untuk menyelamatkan umat. Ini diperingati di seluruh dunia. Di Solo diperingati dengan garebeg," ujarnya.
Adapun upacara sekaten dimulai pada 2 November 2019 dengan ditandai bunyinya gamelan sekaten. Gamelan dibunyikan selama sepekan dan ditutup dengan Grebeg Mulud. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini