Pantauan detikcom, sesampainya di Tugu Pal Putih Yogyakarta, massa ABR memadati sebelah timur Tugu tersebut. Terdengar beberapa kali sang orator yang berada di atar bak mobil pikap menginstruksikan untuk menutup 3 jalur di Tugu Pal Putih.
Akibat aksi tersebut, arus lalu lintas dari arah timur, yakni Jalan Sudirman ke arah barat, utara maupun selatan sempat tersendat. Kendati demikian, kondisi itu hanya berlangsung sementara dan pengguna jalan bisa melintas kembali, meski dari arah timur ke selatan belum bisa dilewati karena terdapat panggung rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Humas ARB, Nailendra menjelaskan, bahwa konsep dalam aksi kali ini memang berbeda dengan aksi #GejayanMemanggil. Mengingat dalam aksi kali ini ARB lebih condong ke pertunjukan seni melalui keberadaan panggung rakyat.
"Dalam aksi kali ini kami menggunakan media panggung bergerak dan karnaval demokrasi sebagai cara penyadaran edukasi ke masyarakat yang lebih luas. Karena kami di sini ingin mengedukasi kalau Indonesia sedang tidak baik-baik saja," katanya saat ditemui di Tugu Pal Putih, Senin (28/10/2019).
Terkait pemilihan Tugu Pal Putih sebagai pusat aksi kali ini, Nailendra menyebut karena pergerakan bisa dilakukan di mana saja. Terlebih, tujuan aksi kali ini ingin melibatkan masyarakat dalam menyikapi kondisi Indonesia.
"Kita lihat di Tugu ini sebagai simbol dan kita melihat pergerakan bisa dimana saja. Apalagi di Tugu ini lokasinya strategis untuk menampilkan seni tradisional, pertunjukan musik dan menggalang aspirasi masyarakat," katanya.
"Kami sudah koordinasi dengan masyarakat sekitar dan kami juga sudah beri surat terbuka kepada mereka," imbuh Nailendra.
![]() |
Menyoal massa yang lebih sedikit dibanding dengan aksi #GejayanMemanggil, Nailendra mengaku tidak begitu mempermasalahkannya. Hal itu karena tujuan aksi kali ini untuk menarik simpati masyarakat sekitar dan mengedukasi soal kondisi Indonesia saat ini melalui pertunjukan seni bertajuk panggung rakyat.
"Tidak ada pengaruhnya untuk jumlah peserta. Karena ini bagian bentuk dari seni, bukan bentuk seperti Gejayan kemarin, memang beda, konsep jadi bukan turun drastis," katanya.
"Dan saya harap dari aksi ini bukan masalah massa, tapi antusias untuk menonton karena ini panggung rakyat. Panggung untuk menarik simpati dan mengedukadi politik ke masyarakat," imbuh Nailendra.
Halaman 2 dari 2