Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Etik Setyaningrum, menjelaskan penyebab wilayah Yogyakarta terasa panas dikarenakan adanya gerak semu matahari yang masih berada di wilayah selatan equator.
"Penyebab suhu cukup panas gerah dikarenakan posisi gerak semu matahari saat ini masih berada dikisaran wilayah kita (selatan equator)," jelas Etik dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin (21/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lanjutnya, suhu yang terasa panas di Yogyakarta juga karena adanya kandungan uap air yang cukup besar di udara. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya proses penguapan hingga pembentukan awan.
"Dengan adanya tutupan awan ini maka radiasi balik bumi ke atmosfer tertahan oleh awan, sehingga tidak bisa keluar bebas ke angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi. Sehingga suhu udara di bumi terasa lebih gerah," tuturnya.
Menurut Etik, munculnya suhu panas dan gerah ini juga bisa menjadi pertanda bahwa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya akan memasuki musim peralihan antara kemarau ke penghujan.
"Diprakirannya awal musim hujan 2019/2020 di DIY umumnya terjadi pada Bulan November bila dibandingkan dengan kondisi normalnya... Puncak musim hujan diprediksi terjadi di Bulan Januari -Februari 2020," pungkas dia.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini