Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di Mars

Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di Mars

Pradito Rida Pertana - detikNews
Senin, 14 Okt 2019 20:45 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Yogyakarta - Seorang seniman asal Yogyakarta, Vincensius Christiawan (40) menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mengikuti Simulasi Mars Desert Research Station (MDRS) di Utah, Amerika Serikat pada tahun 2018. Dari pengalamannya itu, pria yang kerap disapa Venzha Christ ini menilai manusia tidak bisa berkoloni di Planet Mars.

Venzha menjelaskan keikutsertaannya dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Mars Society berawal saat NASA ingin membuat proyek besar berupa pameran bertema antariksa di Asia Tenggara pada tahun 2016. Karena memerlukan peserta dari Asia Tenggara, di tahun yang sama, perwakilan NASA dan Mars Society Jepang mendatangi acara ARTjog guna mencari sesuatu yang compatible dengan tema pameran mereka.
VenzhaVenzha Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Tahun 2016 mereka (Mars Society dan oran NASA) datang ke ARTjog (2016), mereka lihat karya saya dan merasa cocok. Tapi karena dipakai di ARTjog akhirnya kita bikin lagi satu karya lagi yang lebih besar, itu untuk awalnya," ujar Venzha saat ditemui di v.u.f.o.c, sebuah lab yang fokus ke art dan space science di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Senin (14/10/2019) sore.

"Karyaku yang menarik perhatian mereka saat itu adalah menara Indonesia Space Science Society (ISSS)," imbuhnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut pria lulusan Intitut Seni Indonesia (ISI) Yoyakarta ini, setelah dari ARTjog ia mengajak mereka ke seminar Search for Extra Terrestrial Intelligence (SETI) di Kota Yogyakarta. Saat itu ia bertemu dengan Direktur Mars Society Jepang, Yusuke Murakami yang kebetulan ikut datang ke Yogyakarta, dari situlah Venzha mulai mengobrol dengan Yusuke mengenai art dan space science, khususnya mengenai MDRS.

"Habis ngobrol-ngobrol tentang pengalaman seni dan space science saya ditawari (MDRS), dan saya mau banget. Saat itu saya tanya syaratnya apa? dan dia bilang 'harus sehat, tidak merokok, bisa gak kamu?' saya bilang bisa, gampang itu," katanya,

Guna membuktikan janjinya kepada Yusuke, Venzha berinisiatif untuk menjual mobil dan motornya lalu membeli sepeda kayuh. Bukan tanpa alasan, hal itu agar ia bisa rutin olahraga dan menjaga kebuaran tubuhnya.
Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di MarsFoto: Dokl Venzha/detikcom

"Akhirnya mobil dan motor saya jual dan beli sepeda agar saya mau olahraga, jadi kalau kemana-mana itu saya naik sepeda. Terus 6 bulan sebelum berangkat itu saya berhenti merokok dan minum (minuman keras). Selain itu beberapa kali saya sempat bolak-balik ke Jepang untuk wawancara dan akhirnya saya diterima lalu mendapat slot keberangkatan tahun 2018," ucapnya.

"Jadi butuh waktu 2 tahun untuk mempersiapkan tubuhnya, karena saat itu saya masih nakal," sambung Venzha disusul gelak tawa.

Akhirnya, awal bulan Maret 2018 Venzha berangkat dan tiba di lokasi MDRS, Utah, Amerika Serikat. Sesampainya di lokasi MDRS, Venzha terlebih dahulu mengikuti pengenalan kru yang total berjumlah 7 orang termasuk dirinya. Selain itu terdapat 2 robot anjing dalam kru tersebut, Venzha juga menjelaskan bahwa 6 orang tersebut berasal dari Jepang dan hanya ia yang berasal dari Indonesia.

Selanjutnya, Venzha bersama 6 orang lainnya mulai menjalani simulasi MDRS. Di mana setiap hari ia harus bangun jam 6 pagi dilanjutkan sarapan dan briefing jam 7 pagi. Sedangkan untuk aktivitas dimulai jam 8 pagi hingga jam makan siang dan dilanjutkan hingga jam makan malam lalu briefing lagi lalu istirahat jam 10 malam.

Semua kegiatan itu ia lakukan dari awal bulan Maret hingga akhir bulan April tahun 2018.

"Simulasi 2 bulan di Utahnya, sebulan di area dome yang ada di tengah gurun Utah dan 1 bulan di desa untuk berkomunikasi. Dan selama simulasi itu ada 6 aturan yang tidak boleh dilangar, yaitu no alkohol, no fighting, no connection, no sex, no gosip dan no smoking," ucap Venzha.

Direktur ISSS ini menyebut, bahwa selama simulasi ia melakukan aktivitas layaknya hidup di Planet Mars. Di mana ia bersama dengan 6 temannya melakukan observasi, menanam sayur mayur untuk nutrisi makanan, memanfaatkan energi gas dan solar panel, mengukur pemakaian energi dan mengatur suplai air untuk kebutuhan selama mengikuti simulasi tersebut.

Sedangkan untuk kegiatan di luar dome, Venzha bersama 6 rekannya diwajibkan mengenakan space suit atau pakaian astronot. Menurutnya, hal itu untuk menyesuaikan situasi di Planet Mars, terlebih suhu udara di lokasi MDRS terbilan ekstrem dengan 42 derajat saat sian hari dan minus 20 derajat saat malam hari.
Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di MarsFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Jadi kalau keluar itu kita harus pakai space suit, terus bawa GPS, radio komunikasi, oksigen, ya diibaratkan seperti di Mars sana. Kalau untuk tantangan fisik selama simulasi paling naik turun di gurun. Nhah, kalau yang paling sulit itu adalah protokol, yaitu saat kita pergi ke luar dan berkomunikasi dengan teman, karena kalau pakai space suit kita tidak bisa menoleh dan harus berkomunikasi intens setiap beberapa detik," katanya.

"Apalagi saat kita aktivitas ke gurun itu lama dan harus kembali denggan selamat, karena itu tidak bleh sendiri dan harus ada yang menemani. terus setiap hari itu kita harus buat laporan terkait progresnya," sambung Venzha.

Terkait makanan sehari-hari saat simulasi MDRS, Venzha mengaku tidak mengalami kendala yang berarti. Hal itu karena terkadang ia masih bisa memasak dan memanfaatkan hasil panen tanaman yan ditanam di sekitar dome.

Menurutnya, hal yang cukup unik adalah saat waktu mandi tiba. Mengingat ia bersama 6 rekannya hanya boleh mandi 1 kali dalam semingu karena keterbatasan air.

"Kalau makanan utama itu spacefood, seperti odol itu bentuknya dan ada rasa-rasa di tiap spacefood. Di sana juga bisa masak juga meski semua bahan baku makanannya kering dan terbatas, yang jelas kalau masalah makan tidak masalah. Hanya pas mandi itu kita harus cepat, namanya army shower dan itu semingggu sekali, padahal airnya dingin dan kalau kena kulit seperti ditusuk-tusuk jarum itu," ucapnya.

Kendati demikian, Venzha mengaku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama mengikuti simulasi tersebut. Menurutnya, hal paling berkesan adalah rasa kepedulian untuk menjaga sesama kru bertahan hidup di lokasi simulasi. Selain itu, ilmu yang ia peroleh dapat dibagi ke semua orang yang membutuhkan dan tertarik akan space and science.
Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di MarsFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Yang jelas saya senang dan bangga bisa mewakili Indonesia dalam simulasi itu, dan secara pribadi saya dapat networking. Karena saya bisa mengembangkan apa yang saya pelajari, bisa kenal ini itu, bisa ke SETI dan beberapa lab yang saya gak boleh ke sana," ucapnya.

"Lalu proyek ini kan berkelanjutan dengan melakukan presentasi ke orang-orang mengenai space science. Bahkan setelah simulasi itu saya harus lakukan riset di space agensi, atau lembaga yang berhubungan dengan antariksa, seperti saya harus ke SETI dan space X," sambung Venzha.

Manusia Tidak Disarankan Berkoloni ke Planet Mars

Meski mengikuti simulasi MDRS, Venzha mengaku bahwa ia tidak akan berangkat ke Planet Mars. Menggingat tujuan dari simulasi tersebut adalah mengambil data yang digunakan untuk generasi selanjutnya untuk menuju ke Planet Mars.

"Tujuan simulasi itu untuk diambil datanya. Jadi sebenarnya yang akan ke Mars itu generasi setelah kita, kita mati semua baru nanti orang biasa bisa ke sana, untuk mempersiapkan itu semua data dari genetik manusia saat ini diambil samplenya dan dipelajari, dari tekanan arah, detak jantung dan stressnya terutama, data-data ini kemudian harus dikompres secara ilmiah untuk mendapatkan data yang digunakan dalam penelitian seelanjutnya," ujar Venzha.

Selain itu, Venzha menyebut Planet Mars belum layak digunakan untuk berkoloni. Hal itu belum ada data yang lengkap terkait kondisi di Planet Mars dan belum ada roket, pesawat menuju ke planet tersebut.

"Jadi ke Mars itu masih impian lho sekarang. Saya ini adalah mungkin salah satu orang yang menolak untuk mengirim manusia biasa ke Mars atau menjadikan Mars untuk koloni manusia, saya menolak. Karena memang mars itu sangat tidak cocok untuk organisme yang bernama manusia," katanya.

"Kalau buat labratorium di sana saya sangat mendukung, tapi kalau membuat koloni manusia di sana, waduh bunuh diri, ya bisa sih, tapi banyak life support yang harus disiapkan," ujarnya.

"Dan saya lebih setuju kirimkan orang yang terlatih ke sana tapi kembali lagi, tidak usah beranak pinak di sana, karena teknologi di sana harus kembalikan lagi ke bumi untuk mengetahui semua informasi planet antariksa dan kekayaan alam di sana," imbuhnya.
Venzha, Seniman Yogya yang Pernah Ikut Simulasi Hidup di MarsFoto: Dokl Venzha/detikcom

Menurut Venzha, tempat yang compatible untuk hidup manusia aalah di salah satu satelit planet Jupiter yakni bulan. Hal itu karena di Jupiter sudah ditemukan 70 lebih bulan, dan lebih dari 50 bulan sudah memiliki nama. Terlebih, dari beberapa bulan itu kondisinya ada yang kebih bagus dari Mars.

"Tapi karena jaraknya terlampau jauh dan mungkin mereka cari yang dekat dulu seperti Mars. Meski beberapa tahun kedepan sangat tidak mungkin, tapi sekarang banyak negara-negara seperti Cina, India, Jepang, Rusia, Amerika dan Eropa namanya ESA membuat kok (teknologi dan transprtasi ke Mars)," ucapnya.
Halaman 5 dari 4
(bgk/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads