Sebelumnya, artikel yang menyebut kawasan kumuh di Solo mencapai 380 hektare itu ramai dibahas di media massa. Rudy yang mengetahuinya pun menanyakan kevalidan datanya.
"Datanya pasti keliru. Sekarang sudah di bawah 100 hektare kok. Indikatornya apa?" kata Rudy kepada wartawan, Minggu (13/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin dapat juara satu Hari Habitat, dapat Rp 1 miliar untuk Kelurahan Nusukan. Itu kan yang dipaparkan juga soal kawasan kumuh," ujarnya.
Angka di bawah 100 hektare tersebut sudah sesuai target pada tahun 2019 ini. Menurutnya, angka tersebut sangat kecil dibandingkan luas Kota Solo yang mencapai 44 kilometer persegi.
"100 hektare itu sangat kecil. Dibandingkan Semarang masih besar sana kok. Tapi saya tidak masalah, ini biar jadi motivasi buat kami. Ini yang namanya nandur pari thukule suket teki," candanya.
Sementara itu, Koordinator Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Surakarta, Cornelius Tri Cahyo, mengatakan Solo memang pernah berada di posisi kedua terkumuh di Jawa Tengah. Namun data tersebut dirilis pada 2016.
"Tahun 2016 memang luasan kawasan kumuh di Solo terbesar kedua se-Jateng. Data terbaru belum dirilis, tapi kemarin Solo mendapatkan berbagai juara penataan kawasan kumuh," katanya.
Dalam pemetaan Pemkot Surakarta, tahun 2015 Solo memiliki kawasan kumuh seluas 359,5 hektare. Tahun 2018 berkurang menjadi 205,8 hektare. Sedangkan tahun ini diproyeksikan berkurang hingga menjadi 100 hektare.
Simak juga video "Penjelasan Arkeolog soal Perahu Baja di Bengawan Solo" :
(bai/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini