Salah seorang anggota keluarga tersebut, yakni Kriswiastanti (36), menceritakan apa yang disaksikannya saat kerusuhan terjadi.
"Saya melihat pembakaran di sana, hingga pemerkosaan yang terjadi, rasanya masih merinding dan mau menenangkan diri dulu di rumah," kata Kriswiastanti saat ditemui wartawan di rumahnya, Kamis (10/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 5 Warga Blora Dipulangkan dari Wamena |
Ia mengaku tinggal di Wamena karena mengikuti sang suami, yang bekerja di bengkel. Kini dia enggan kembali ke Wamena.
"Setelah kejadian itu, warga Wamena baik yang pendatang maupun penduduk asli langsung mengungsi di Kodim Wamena selama satu minggu. Setelah seminggu di Kodim, lalu dipindah ke Batalion 751 Jayapura, delapan hari di sana bersama pengungsi lainnya," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, suami Kriswiastanti, Sugiono, mengaku lega kini telah kembali di kampung halamannya bersama keluarga.
"Kami sangat bersyukur bisa balik dengan selamat. Di sana tentu kejadiannya begitu cepat. Mereka awalnya menyamar menjadi pelajar, ada tawuran dan pembakaran seketika hari itu juga saya mengungsi di Kodim Wamena," akunya.
"Semua barang dan rumah kami tinggalkan begitu saja saat kerusuhan yang kejam itu terjadi. Awalnya istri dan anak-anak saya yang diungsikan dahulu ke Markas Yonif, baru saya menyusul dan bersama-sama menuju Jayapura. Setidaknya ada dua minggu kami mengungsi sebelum terbang ke Surabaya dan pulang ke Blora," lanjut Sugiono.
Halaman 2 dari 2











































