Saat ini dia masih aktif membatik di paguyuban membatik Pusaka Beruang di Desanya. Bersama para pembatik lainnya, ia berangkat setiap pagi dan pulang sore untuk membatik.
"Saya usia 87, sudah membatik sudah lama. Sejak kecil, berapa tahunnya ya lupa. Intinya waktu SD sudah mulai membatik saya. Diajari sama ibu saya waktu itu, membatik di rumah sendiri," kata Mbah Sripah saat ditemui di kompleks membatik Pusaka Beruang, Rabu (2/10/19).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mbah Sripah mengaku senang ketika membatik. Membatik menurutnya sudah semacam profesinya sejak kecil dan dijalaninya layaknya hobi.
"Sudah sejak kecil. Tapi mulai bergabung di sini ya sekitar 15 tahunan. Sebelumnya kan membatik sendiri di rumah. Cuma karena semakin tua, mata saya juga sudah mulai tidak kelihatan saat ini membatiknya bukan gambarnya, tapi nembokinya," terangnya.
![]() |
Dari keenam anaknya, kini Mbah Sripah telah dikaruniai sebanyak 15 orang cucu. Dia mengaku sudah berulang kali diminta anak-anaknya agar istirahat di rumah, namun dia mengaku memilih untuk tetap membatik sebagai kesibukannya sehari-hari.
"Setiap hari paling tidak bisa selesai 2 lembar kain. Di sini, saya dikasih upah. Satu lembar kain dapat upah 15 ribu, jadi kalau sehari dapat 2 kain ya pulang bisa dapat uang 30 ribu. Lumayan untuk cucu-cucu saya," imbuhnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini