Prosesi pemakaman dr Soeko diwarnai isak kerabat dan keluarga. Mereka tak menyangka dokter yang sudah 15 tahun bertugas di tanah Papua tersebut meninggal dalam insiden kerusuhan di Wamena. Kini almarhum telah meninggalkan istri dan tiga orang putrinya.
Sejumlah pihak mengirimkan karangan bunga berisi ungkapan duka cita yang ditaruh di sekitar lokasi pemakaman. Seperti dari Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Dinas Kesehatan DIY, IDI DIY dan Papua, serta Keluarga Besar Alumni Mahasiswa FK Undip.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(dr Soeko) lebih banyak bertugas di puskesmas, artinya (mengabdi di) daerah terpencil (yang jaraknya) dua jam dari ibukota kabupaten ke tempat kerja beliau, medannya juga berat," ujar Beeri kepada wartawan usai prosesi pemakaman dr Soeko, Jumat (27/9/2019).
"Dalam perjalanan (dari Wamena ke Tolikara), beliau dihadang dan mengalami penganiayaan berat di situ," ungkap Beeri.
Sebenarnya dr Soeko sempat dibawa ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wamena. Namun karena cedera yang dialami cukup parah, akhirnya nyawa dr Soeko tak tergolong dan dinyatakan meninggal pada hari Senin (23/9) itu juga.
"Dengan kepergian almarhum tentu untuk mengisi (kekurangan) tenaga dokter (di Tolikara) kembali itu tidak mudah. Apalagi dengan (tuntutan sosok dokter) yang harus memiliki pengabdian luar biasa begini, tidak semua dokter mampu," pungkas Beeri.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini