Sebelum para pelajar datang, sekitar 100 mahasiswa sudah lebih dahulu memulai demonstrasi menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Tiba-tiba puluhan pelajar datang secara bergelombang menumpang mobil pikap.
Demonstran terlihat mengenakan seragam pramuka ataupun celana abu-abu khas anak SMA. Saat datang, mereka langsung berteriak-teriak menghujat DPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massa mahasiswa kemudian membentuk barikade agar massa pelajar tak bergabung dengan mereka. Sekitar 10 menit berorasi, pelajar langsung dibubarkan polisi.
Demonstran berjumlah sekitar 30 orang itu diarahkan ke Manahan, tempat mereka berkumpul. Mereka kemudian digiring masuk ke Mapolresta Surakarta.
Pelajar tersebut tak bisa menjelaskan secara detail apa tujuan mereka. "Pokoknya bubarkan DPR!" kata pelajar yang tak mau disebut namanya.
Pelajar lain, Galih (15), mengaku datang dari Boyolali. Dia jauh-jauh datang ke Solo atas ajakan yang tersebar di media sosial.
"Tadi naik bus, turun di Manahan. Ada ajakan di medsos, saya dan teman-teman ikut saja," ujar pelajar SMK dari Boyolali itu.
Kapolresta Surakarta, AKBP Andy Rifai, mengatakan para pelajar tersebut bukan berasal dari Solo. Mereka datang dari Boyolali dan Sragen.
Setelah dicek pada ponsel mereka, para pelajar tergabung dalam grup WhatsApp bernama 'SMK SeIndonesia Melawan'. Pesan berisi ajakan siswa kepada siswa SMA, SMK, STM sederajat bolos sekolah untuk mengikuti demonstrasi di DPRD Surakarta.
"Izin yang masuk ke Polresta hanya dari mahasiswa terkait penolakan RUU PKS. Sedangkan pelajar ini tidak ada izinnya, maka kita bubarkan," ujar dia.
Kini para pelajar masih dibina di Mapolresta Surakarta. Polisi akan memanggil orang tua mereka untuk diberi pembinaan.
Tonton video #BengawanMelawan, Mahasiswa Solo Geruduk DPRD Tolak Revisi UU KPK:
Halaman 2 dari 1
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini