Sultan mengaku tak tahu-menahu mengapa penganugerahan gelar doktor HC dalam bidang 'pendidikan karakter' yang diberikan UNY bertepatan dengan momen bersejarah bagi warga Yogyakarta. Ia mempersilakan wartawan bertanya langsung ke pihak UNY.
"Nggak tahu, yang menentukan (waktu penganugerahan gelar doktor HC) kan dari Pak Rektor (UNY), bukan saya," kata Sultan kepada wartawan usai rapat penganugerahan doktor HC di Auditorium UNY, Jalan Colombo No 1 Depok, Sleman, DIY, Kamis (5/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, Sri Sultan HB IX bersama KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan amanat 5 September 1945. Amanat itu berisi pernyataan bahwa daerah yang terdiri dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman bergabung dengan Republik.
Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, mengatakan pihaknya sengaja memilih waktu penganugerahan gelar doktor HC ke Sri Sultan HB X bertepatan dengan momen bersejarah tersebut. Seperti diketahui, Sri Sultan HB X adalah putra almarhum Sri Sultan HB IX.
"Ya kami yang mengusulkan, ingin memberi makna bahwa tanggal 5 (September) ini ya bagaimana Yogya menjadi bagian dari NKRI," ungkap Sutrisna.
Sutrisna menjelaskan sebelum ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Sri Sultan HB X untuk menentukan waktu penganugerahan gelar doktor HC. Mulanya Sri Sultan HB X ingin pemberian gelar dilangsungkan di minggu ketiga Bulan September.
Namun setelah diyakinkan pihak UNY, akhirnya Sultan menyetujui penganugerahan gelar doktor HC dilangsungkan pada 5 September 2019. "Akhirnya beliau (bersedia) tanggal 5, ini (menyimbolkan) semangat ke-Indonesia-an," pungkas Sutrisna.
Sri Sultan HB X sendiri sudah beberapa kali menerima gelar kehormatan dari berbagai Perguruan Tinggi di dalam dan luar negeri. Sebelum menerima gelar doktor HC ketujuh dari UNY, Sri Sultan HB X menerima gelar serupa dari University of Tasmania. (ush/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini