Tidak seperti lazimnyapenjamasan senjata tradisional pada umumnya yang dilakukan pada bukanSuro atau Muharam,jamas pusaka peninggalan Sunan Kudus secara rutin di bulan Zulhijah setiap tahunnya. Tepatnya selalu dilakukan di hari Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik (tanggal 11, 12, dan
![]() |
Prosesi penjamasan dilakukan di sebuah tajug, bangunan mirip gazebo, yang terletak di dekat pintu utama makam Sunan Kudus. Prosesi penjamasan dilakukan oleh tim khusus yang dipimpin oleh Kiai Fakihudin.
"Sebenarnya ada masukan agar tidak setiap tahun dijamas. Karena ini bagian dari pelestarian budaya, disepakati setiap tahun dijamas mengingat itu adalah kebiasaan sesepuh turun temurun," kata Ketua YM3SK, M Nadjib Hassan, Kamis (15/8/2019).
![]() |
Pejamasan dilakukan dengan bahan-bahan khusus untuk membersihkan besi senjata tradisional. Beberapa di antara yang disiapkan untuk menjamas atau membersihkan besi dari kotoran yang menempel adalah air kelapa yang sudah dicampur abu merang ketan hitam, air jeruk dan bubuk warangan untuk menjaga besi agar tidak berkarat.
"Warangan ini kita minta secara khusus dari Keraton Solo," ujar Nashib.
Setelah itu benda-benda pusaka itu diberi wewangian. Setiap tahun wewangian itu juga dikirim dari Keraton Solo, namun tidak pada tahun ini. "Kita siasati dengan parfum bebas alkohol dari Mekah, Arab Saudi," lanjutnya.
![]() |
Kegiatan juga diisi dengan bacaan Alquran, tahlilan yang diikuti tokoh ulama setempat. Prosesi penjamasan itu sama sekali tidak mengganggu para pengunjung atau peziarah makam Sunan Kudus yang masuk lewat pintu yang lain.
Senjata tradisional peninggalan ulama salah satu penyebar utama Islam di Jawa tersebut adalah sebilah keris yang diberi nama Kiai Cinthaka, dua bilah trisula (tumbak bermata tiga). (mbr/mbr)