"Ada dinamika propaganda dan rekrutmen terorisme. Dari metode lama dengan rekrutmen tertutup atau pembaiatan langsung melalui keluarga, pertemanan, ketokohan, lembaga. Kini metode baru melalui dunia maya, rekrutmen terbuka dan pembaiatan lewat medsos," kata Kasubag TU Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Ahadi Wijayanto, Kamis (1/8/2019).
Hal itu disampaikannya dalam acara Rembuk Aparatur Kelurahan dan Desa tentang Literasi Informasi "Saring Sebelum Sharing" di The Atrium Hotel and Resort, Sleman, Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskannya, pemanfaatan dunia maya oleh kelompok radikalisme terorisme yakni pemberian informasi secara aktif tentang kegiatan mereka, proses perekrutan melalui website dan media sosial, pembentukan opini dengan memanfaatkan media sosial melalui tulisan, gambar dan video, melakukan ancaman dan aksi teror melalui internet, serta perusakan atau hacking kepada situs-situs internet milik lembaga pemerintah.
"Mengapa teroris menggunakan dunia maya? Di antaranya karena mudah diakses, relatif sulit dikontrol, audien luas, bisa anonim dan kecepatan informasi," terangnya.
"Dunia maya ini bisa dijadikan media mereka untuk perang psikologis, propaganda, tempat diskusi, perekrutan dan jaringan," lanjutnya.
BNPT berharap para aparatur desa melek internet dan bisa memahami indikator-indiaktor suatu konten berisi paham radikal terorisme. Sehingga dari aparat desa nanti bisa menyampaikan sosialisasi ke warganya untuk lebih bijak dalam pemanfaatan media sosial.
"Dari keluarga juga harus bijak memakai media sosial, awasi anggota keluarga dan filter konten-konten mengarah radikalisme terorisme. BNPT juga telah koordinasi dengan Kementerian Kominfo untuk menyisir konten-konten yang mengarah radikalisme terorisme," imbuh Ahadi.
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY, M Mukhtasar Syamsudin menambahkan, kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan literasi bisa berdampak negatif jika masyarakat tak siap menyaring mana informasi yang benar dan salah.
"Hati-hati dan bijak di dunia maya. Sinergi aparat keamanan dan masyarakat serta pelibatan aparatur desa adalah salah satu strategi yang tepat untuk melakukan pencegahan persebaran radikalisme terorisme," ujarnya. (sip/sip)