"Produksi singkong kami turun sampai 60 persen. Biasanya satu tanaman singkong bisa dapat 3 kilogram, sekarang hanya dapat 2 kilogram," ungkap Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito Jimin kepada detikcom, Senin (29/7/2019).
Dia mengatakan, musim hujan tahun ini berlangsung sangat singkat. Hujan hanya turun sekitar tiga bulan. Akibatnya, tanaman singkong tidak bisa berproduksi maksimal, saat pertumbuhan pasokan air sudah tidak ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secada terpisah, Kepala Desa Paranggupito Dwi Hartono menuturkan, produksi singkong dan hasil bumi lain seperti kacang tanah di desanya juga menurun dibandingkan tahun ini. Satu tanaman singkong biasanya bisa menghasilkan 3-4 kilogram singkong.
"Sekatang di musim panen ini hanya bisa memperoleh 2-3 kilogram singkong. Bahkan terkadang tidak ada umbinya, akhirnya cuma dipakai buat pakan ternak," ujar dia.
Kondisi tersebut jelas Dwi membuat perekonomian petani di daerah rawan kekeringan semakin tertekan. Sebab, hasil bumi berupa kacang tanah dan singkong serta tanaman palawija lainnyag menjadi andalan untuk bertahan hidup di musim kemarau.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri, Safuan membenarkan adanya penurunan produksi singkong tahun ini. Menurut dia luasan lahan tanaman singkong mencapai kisaran 50.000-60.000 hektare tersebar di Kecamatan Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, Ngadirojo, Giriwoyo, Batuwarno, dan Kismantoro.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini