"Elpiji melon 3 kg sudah dicari karena banyak dipakai petani untuk bahan bakar pompa air untuk mengairi padi di sawah," ujar salah satu warga Wonogiri, Sutino, kepada detikcom, Selasa (16/7/2019).
Menurut dia, musim kemarau saat ini menyebabkan irigasi pertanian ikut mengering. Untuk menyiasatinya petani terpaksa menyedot air dengan pompa air baik dari sungai maupun sumber. Bahan bakar pompa air yang dianggap lebih irit daripada bensin adalah elpiji.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu penjual makanan, Tesi, menyebutkan cuaca dingin juga mendorong sebagian warga memilih mandi dengan air hangat. Warga memilih elipiji sebagai bahan bakar penghangat mesin.
"Saya sudah mencari gas sudah empat tempat tidak ada semua. Pengecer-pengecer gas yang biasanya dibeli kosong. Akhirnya tadi dapat 2, harganya Rp 19.000 biasanya Rp 17.000 sampai Rp 18.000," tutur Tesi.
Pengecer elpiji, Eni Astuti, mengaku sudah sepekan ini tidak menjual gas melon. Dia hanya dijatah 5-6 tabung, itupun untuk keperluan sendiri satu tabung, sisanya belum sampai rumah sudah dibeli.
Salah satu pemilik agen elpiji, Margono, menyebutkan ada peningkatan konsumsi elpiji 3 kg. Salah satunya lantaran penggunaan elpiji untuk pertanian dan keperluan di luar memasak.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian dan Perdagangan Wonogiri, Wahyu Widayati, membenarkan adanya kelangkaan elipiji 3 kg beberapa hari terakhir. Dia juga mengiyakan ada perubahan perilaku di masyarakat dalam menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar pemanas air dan pompa air sehingga memicu peningkatan konsumsi.
"Kami sudah meminta tambahan 8.960 tabung ke Pertamina," ujar Wahyu.
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini