Lokasi sumur berada di samping Taman Srigunting Kota Lama Semarang. Saat ini sumur tersebut ada diantara bangunan toilet yang belum difungsikan.
Warga di sekitar Kota Lama masih memanfaatkan air dari sumur yang kini letaknya ada diantara bangunan toilet yang belum difungsikan itu. Salah seorang warga, Agus Muyono (35) tampak sedang mondar-mandri menimba dan membawa air ke dalam belasan kaleng. Sebanyak 15 kaleng berisi air sumur kemudian diangkutnya menggunakan gerobak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus yang tinggi di Jalan Kedasih ini mengatakan sumur tersebut sangat bermanfaat apalagi jika musim kemarau tiba dan air PDAM tidak mengalir. Banyak warga perumahan minta diantarkan air sumur itu bahkan warga sekitar juga banyak yang menimba.
![]() |
"Dulu pemadam kebakaran juga ambil air di sini. Waktu pasar Johar belum relokasi banyak yang ambil," jelas Agus.
Selama Agus memanfaatkan air di sumur itu menurutnya air tidak pernah surut termasuk saat kemarau. Bahkan ketika disedot padam kebakaran, air di dalam sumur dengan cepat terisi lagi.
"Ini kalau di desa kayak sendang. Tapi sendang bisa asat (surut), ini enggak," pungkasnya.
Koordinator Komunitas Pegiat Sejarah, Rukardi Achmadi mengatakan sumur itu sudah ada sejak tahun 1840-an dan tidak lepas dari kependudukan Belanda kala itu.
"Itu sumur artetis pertama di Semarang yang digunakan untuk publik. Dulu kan artetis untuk perorangan," kata Rukardi.
Peruntukan untuk umum pertama kali karena adanya wabah malaria dan kolera karena warga yang punya kebiasaan kotor soal sanitasi dan minum tanpa memasak air. Padahal dulu masih banyak rawa di lokasi ini.
"Dibuat ketika Semarang kena wabah penyakit. Saat itu Semarang bawah kan bekas laut, di situ masih banyak rawa, namanya rawa sumber penyakit, ada nyamuk malaria. Penduduk bumi putera punya kebiasaan buruk soal sanitasi minum air tidak dimasak. Penyakit mudah mewabah, yang parah kolera," jelas Rukardi.
![]() |
"Belanda mulai bangun sumur artetis yang higienis, salah satunya di lapangan parade (sepanjang Srigunting sampai depan Spiegel) yang sampai sekarang masih ada. Bersejarah," imbuhnya.
Dulu sumur itu juga dimanfaatkan para pelaut yang bersandar di Blerok. Dari dulu sampai sekarang, kata Rukardi, sumur itu sarat manfaat dan tak pernah kering. Rukardi mengaku belum menemukan catatan terkait teknologi yang digunakan untuk membuat sumur tersebut
"Itu juga digunakan pelaut yang dulu sandarkan kapal kecil di Blerok," ujarnya.
Menurutnya, sumur bersejarah itu bentuknya masih sama seperti dulu. Keberadaan bangunan toilet di sana ternyata membuat khawatir warga salah satunya Agus.
"Khawatir kalau air terpengaruh toilet. Ini belum difungsikan toiletnya," ujar Agus.
(alg/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini