Lomba tersebit digelar oleh Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud di Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul. Kompetisi ini bertujuan agar lulusan SMK siap menghadapi revolusi industri 4.0.
Lima bidang diperlombakan diantaranya automobile technology, metrology, welding, CNC milling dan CNC turning.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya merakit benda elektronik dan bermesin saja, mereka juga tampak sibuk mengoperasikan mesin dengan sistem komputerisasi bernama Computer Numerical Control (CNC). CNC merupakan mesin yang digunakan dalam proses manufaktur logam berbasis sistem komputerisasi.
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom |
Direktur Pembinaan SMK, Direktorat Pembinaan SMK, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), M. Bakrun mengatakan, kompetisi LKS-SMK tingkat nasional sudah memasuki kali ke-27 dalam penyelenggaraannya. Untuk tahun ini sendiri LKS-SMK mengambil tema 'Kompeten Menyongsong Industri 4.0.
"Tema 'Kompeten Menyongsong Industri 4.0' dipilih karena saat ini kebutuhan kerja tidak bisa lepas dari digitalisasi. Selain itu, LKS-SMK juga jadi ajang promosi kompetensi yang dimiliki siswa (SMK) kepada dunia industri," katanya saat ditemui di JEC, Selasa (9/7/2019).
"Harapannya adalah apa yang dipelajari selama di Sekolah (SMK) apakah sudah sesuai dengan apa yang ada di Industri. Sehingga ini (LKS-SMK) merupakan satu cara yang bisa digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dari kekurangan yang ada," imbuh Bakrun.
Menurut Bakrun, dalam gelaran LKS-SMK kali ini melibatkan 759 murid yang berasal dari 34 provinsi di Indonesia. Nantinya, ratusan murid SMK itu akan beradu skill sekaligus menimba ilmu baru dalam setiap kategori yang diperlombakan.
"Jadi tiap provinsi mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti 32 bidang lomba. Bidang lomba itu antara lain mekatronic, robotic dan electronic," ujarnya.
Lebih lanjut, Bakrun menyebut ada bidang lomba baru pada gelaran LKS-SMK tahun ini. Adapun bidang lomba tersebut adalah metrologi.
"(Bidang lomba) Metrologi ini baru pertama kali, pesertanya saja baru 14 orang. Padahal metrologi adalah ilmu dasar untuk bisa membuat sesuatu, karena meski ilmu ini sederhana, sangat penting sekali untuk mengukur tingkat presisi (sebuah benda yang akan diproduksi)," katanya.
"Apalagi untuk murid teknik mesin dan teknik otomotif kan perlu pengetahuan dalam menggunakan peralatan yang berkaitan dengan pengukuran agar presisi," ungkap Bakrun.
Selaku penguji bidang lomba Metrologi LKS-SMK, Komisaris PT. Kawan Lawa Sejahtera, Tony Sartono mengatakan selain menguji bidang lomba Metrologi, pihaknya ikut menguji 4 bidang lomba lainnya. Keempat bidang lomba itu adalah Automobile Technology, Welding, CNC Milling dan CNC Turning.
"Melalui partisipasi ini kita ingin ikut mendidik anak bangsa, khususnya pendidikan vokasi. Karena bangsa Indonesia membutuhkan tenaga kejuruan yang mampu mengoperasikan alat-alat dengan sistem komputerisasi," katanya.
"Apalagi menyongsong revolusi industri 4.0 mereka harus meningkatkan skill, seperti yang sebelumnya hanya mengoperasikan alat konvensional sekarang harus mampu menggunakan mesin komputerisasi," imbuh Tony.
(bgk/bgs)












































Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom