Hal itu diungkapkan Ganjar usai memimpin rapat koordinasi Forkompimda se-Jateng di Hotel Patra Semarang. Menurutnya dampak pembatasan akses tersebut dirasakan masyarakat termasuk pegiat medsos dan pedagang online.
"Ada pedagang online terganggu, protes masyarakat. Kita merasakan kita terganggu, Menkominfo sudah minta maaf," kata Ganjar, Jumat (24/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka jangan gunakan kata tidak benar, hoax ujaran kebencian, jangan membuat meme yang sakiti hati, dubbing suara (untuk hoax)," pungkasnya.
Hoax dan ujaran kebencian menurut Ganjar cukup memperihatinkan bahkan beberapa hari terakhir banyak yang disoroti salah satunya tuduhan seorang netizen soal Brimob dari China. Dalam foto yang diunggah ada seorang pria yang berselfie bersama polisi bermata sipit.
"Kemarin ada yang bilang aparat Cina, ternyata tidak, memang matanya sipit. Pak kiai sipit masak mau bilang kiai impor kan tidak. Ayolah bicara baik baik," kata Ganjar disambut senyum Ketua MUI Jateng, Ahmad Daroji yang berdiri di samping Ganjar.
Ganjar mengakui dirinya ikut terdampak pembatasan akses media sosial, padahal dia termasuk pegiat yang kerap mengunggah foto dan video di akun instagramnya.
"Foto tidak bisa terupload, video bededeng (ngadat), bikin orang agak pusing, berarti kita sudah bergantung pada medsos," ujarnya.
Dari pantauan di akun instagram Ganjar, sejak pembatasan akses medsos pada 22 Mei siang hingga malam ini, Ganjar baru memposting 10 unggahan. Padahal biasanya postingan bisa cukup banyak.
Detikcom mencoba mengakses instagram di rumah dinas Gubernur Jateng di Jalan Gubernur Budiono Semarang dan gedung kantor Gubernur Jateng di Jalan Pahlawan Semarang. Berbekal jaringan wifi di sana ternyata instagram dan platform lain yang terkena imbas pembatasan akses bisa berjalan cukup lancar.
Simak Juga 'BPN Kritik Pemerintah yang Batasi Medsos, TKN Sebut Drama Berlanjut':
(alg/bgs)