Bangunan cagar budaya ini berada di Desa Demangan, RT 2 RW 4, Kecamatan Kota. Langgar Bubrah konon merupakan satu peninggalan yang sudah dibangun jauh sebelum Menara Kudus yang tersohor.
Lokasinya tak begitu jauh dari Menara Kudus, yaitu sekitar 300 meter. Untuk menuju Langgar Bubrah, dari arah pusat kota menuju arah jalan kampung Demangan. Jalannya ada di seberang akses arah ke Menara Kudus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun struktur bangunannya, berupa tumpukan batubata berwarna merah yang mengelilingi kompleks bangunan. Di beberapa bagian tembok terdapat batubata yang diukir sedemikian rupa.
Kemudian, terdapat pula atap genting berbentuk joglo, berwarna kecoklatan. Mirip rumah joglo khas kota ini. Di luarnya terdapat ada menhir dan yoni.
![]() |
Juru pelihara Langgar Bubrah Kudus, Parijoto, menjelaskan, Langgar Bubrah dibangun sekitar tahun 1456-an.
"Jadi Sunan Kudus belum ada di sini. Penelitian arkeolog, yakni di kisaran 1456 masehi atau satu abad sebelum Sunan Kudus," kata Parijoto ditemui awak media di dalam Langgar Bubrah, Kamis (9/5/2019).
![]() |
Menurut dia, arkeolog yang telah meneliti bangunan ini berasal dari berbagai negara di antaranya dari Jerman, Tiongkok, Korea. Parijoto menyebut dari Indonesia adalah Professor Popi dari UGM dan Profesor Sinung dari Jakarta yang meneliti bangunan ini. Hasilnya, kata Parijoto, para peneliti itu menyatakan jika Langgar Bubrah memang bangunan tertua di Kudus.
"Di sini langgar, kalau sana, Menara, " kata dia.
![]() |
"Jadi langgar itu (Langgar Bubrah) surau atau masjid. Jadi di sini serambi untuk laki-laki dan ada serambi untuk perempuan. Di serambi laki-laki ada mihrab, ada sisa pagar, ada pasucen," bebernya.
Menurutnya, tempat ini kondisinya tetap seperti dulu yaitu untuk tempat ibadah atau salat, untuk tempat pertemuan, slametan, dan lainnya. Selain itu, tempat ini diprakarsai pembangunannya oleh Raden Poncowati, yang merupakan keturunan Majapahit, yang juga masih bersaudara dengan Raden Patah dari Kerajaan Demak.
"Sunan Kudus masuk ke Kudus, diutus dari kerajaan Demak Bintoro oleh Raden Patah, yang juga saudara kandung Pangeran Poncowati. Sunan Kudus diminta untuk bujuk Pangeran Poncowati agar mau gabung Demak," bebernya dari sejarah yang diwariskan eyangnya dulu.
Singkatnya, tempat ini adalah lokasi untuk ibadah Pangeran Poncowati yang ketika itu masih menganut Hindu. Namun setelah menyatakan diri masuk Islam, tempat ini diubah jadi langgar.
![]() |
Lantas soal kondisinya yang seperti sekarang ini, Parijoto menjelaskan jika bangunan langgar rusak setelah terjadi ledakan Gunung Muria.
"Sekitar 500 tahun lalu. Ledakan Gunung Muria mengakibatkan lahar dingin yang turut merusak bangunan ini. Ledakan itu juga menyatukan Muria dan Kudus hingga saat ini," tutupnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini