Alat musik yang terbuat dari anyaman bambu ini diberi senar untuk dipetik. Sedangkan di sisi kiri, terdapat potongan bambu yang bisa menghasilkan suara bass. Sayangnya, alat musik yang diyakini sudah ada sejak berabad-abad lalu kini belum banyak dikenal.
"Bundengan ini merupakan alat musik khas Wonosobo yang sudah ada sejak dulu. Karena suaranya mendengung makanya dinamakan Bundengan," kata seniman sekaligus pemain alat musik Bundengan Mulayni saat ditemui di Kahayangan Art Space Jalan Dieng Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Kamis (25/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingginya kurang lebih 1,5 meter dan lebar sekitar 50 cm. Zaman dulu ini untuk penutup kepala para penggembala itik," terang guru seni dan budaya di SMP Negeri 2 Selomerto, Wonosobo tersebut.
![]() |
Saat itu, para penggembala mulai memanfaatkan penutup kepala untuk menjadi alat musik. Mereka memasangkan tali ijuk agar menghasilkan suara. Meski seiring berkembangnya zaman, tali ijuk diganti dengan senar.
Bahkan, ia menceritakan alat musik ini sempat digunakan untuk pengiring seni Lengger. Sebab, meski hanya satu alat musik, namun bisa menghasilkan suara menyerupai beberapa perangkat gamelan.
"Dulu itu Bundengan untuk mengiringi tari Lengger, tetapi sekarang lagu anak-anak, lagu nasional hingga lagu yang kekinian," tuturnya.
![]() |
Saat ini, Mulayni mengaku terus mengenalkan alat musik ini kepada generasi milenial. Termasuk memasukkan di kurikulum seni budaya di sekolah tempat ia mengajar. Selain itu, juga berkolaborasi dengan seni wayang, sebagai musik pengiring.
"Di SMP Negeri 2 Selomerto, Wonosobo para siswa juga diajari untuk memainkan Bundengan. Selain itu, kami juga berkolaborasi dengan seni lainnya. Seperti saat ini, ada pementasan wayang namun pengiringnya menggunakan alat musik Bundengan," jelasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini