Adalah Dokter Suhendro. Pria kelahiran 26 Oktober 1946 mendedikasikan diri menjadi kolektor surat suara pemilu lawas serta pernak-perniknya. Ditemui di kediaman dan tempat praktiknya, di Jalan Tanjung, Desa Kramat, RT 2 RW 3, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Suhendro membeberkan sekilas hobi menariknya ini.
Dia mengaku sejak kecil memang mempunyai hobi mengoleksi barang unik. Mulai dari koleksi perangko, benda antik, hingga arca-arca. Baru kemudian, Suhendro melirik kesukaanya kepada surat suara pemilu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mendapatkan surat-surat suara itu, Suhendro membutuhkan waktu lama.
![]() |
"Lama lho untuk dapat surat suara. Karena Lima tahun sekali, kalau saya punya enam macam koleksi surat suara membutuhkan waktu 30 tahun," tambahnya.
Pria kelahiran Tegal ini melanjutkan, memang tidak mudah mendapatkan koleksinya itu.
"Tidak tahu data lengkapnya, tapi bisa dilihat di internet. Saya punya catatan koleksi yang saya punya," beber dia.
![]() |
Yang dia koleksi tidak hanya surat suara saja tapi juga pernak-perniknya. Seperti labelnya, surat panggilan, promosi-promosi, stiker, dan lainnya.
Dia menyayangkan karena tidak punya koleksi foto-foto momen pemilu di masa lalu. Namun, dia mengumpulkan foto-foto dari koran hingga majalah yang memuat potret kampanye dan pemilu.
Potongan koran dan majallah itu diklipingnya secara rapi bersama koleksi surat suara.
![]() |
"Bisa dilihat (di koran lama) betapa riuh rendahnya masa kampanye pada masa-masa yang lampau," ungkapnya.
Dia juga menunjukkan beragam pernak-pernik kampanye. Dia punya stiker caleg lama. Beberapa diperoleh dari para calegnya langsung karena mereka tahu jika Suhendro senang mengoleksi segala soal pemilu.
Bahkan dia bercerita pernah dapat stiker dari salah satu organisasi radio. Sebab ketika muda juga aktif di radio.
"Dulu itu paling cepat menyampaikan berita, lewat radio," ungkapnya. Termasuk dibentuk tim pemilu di radio.
Disinggung tahun berapa surat suara paling lama yang dikoleksinya? Suhendro menjawab tahun 1957. Itu mungkin pemilu pertama dengan banyak partai politik yang ikut yaitu sekitar 64 partai.
Dia bercerita mendapatkan surat suara yang paling lawas secara kebetulan di toko buku bekas. Di sanalah dia menemukan surat suara tahun 1957.
"Saya lihat (surat suara) untuk bungkus. Kok bagus ya, saya minta beberapa lembar. Saat itu baru satu. Saya punya insting kalau nanti akan menjadi kenang-kenangan di generasi berikutnya. Dari hal itu, setiap kali pemilu, saya berusaha dapat surat suara untuk melengkapi surat suara. Sampai sekarang saya lakukan," tambahnya.
Bagaimana dia mendapatkan surat suara yang lainnya? Suhendro menjelaskan jika ada yang didapat dari temannya, dan ada juga yang diperoleh dari pemulung.
"Kalau alat peraga atau contoh, dari kawan setelah selesai pemilu. Kalau yang lama dapat dari penjual atau pemulung kertas," ucapnya.
Ikuti perkembangan Pemilu 2019 hanya di detik.com/pemilu
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini