Gus Mus, demikian sapaan akrab mantan Rais 'Aam PBNU tersebut, menilai bahwa euforia yang dilakukan oleh paslon dan pendukungnya, dapat berpotensi melukai perasaan paslon yang tidak terpilih.
"Siapapun yang menang, nggak usah hura-hura, euforia nggak usah. Diam-diam saja, nggak usah diperlihatkan. Kenapa, untuk menjaga perasaan pihak yang kalah. Jadi yang satu legowo, yang satu tidak euforia," kata Gus Mus, Rabu (17/4/19).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Termasuk dalam hal tasyakuran, Gus Mus meminta agar tasyakuran dimaknai sebagai tasyakuran kemenangan rakyat Indonesia mendapatkan pemimpin pilihan rakyat. Bukan dimaknai sebagai tasyakuran kemenangan salah satu paslon.
"Kita sudah berkali-kali melaksankan pemilu-pemilu seperti ini. Jadi tidak akan kaget lagi. Jadi kalau kita tasyakuran bukan tasyakuran calon, tapi tasyakuran untuk Indonesia," jelasnya.
Sementara kepada masyarakat, ia berharap agar warga lebih dewasa dalam berdemokrasi. Siapapun nanti pasangan paslon yang terpilih dan telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara Pemilu, agar masyarakat dapat menerimanya.
"Sama kalau demokrasi rapat, masing-masing bisa menyampaikan pendapat, silakan. Tapi nanti kalau sudah didok (diputuskan), semua harus sudah ikut. Kalau masih ada yang protes, dia kurang belajar demokrasi. Mudah-mudahan masyarakat kita sudah matang dalam berdemokrasi," harap Gus Mus.
Simak Juga 'Menurut Gus Mus, Ini Pemicu Pemilu 2019 Terasa Keras dan Panas':
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini