Namun air tidak sampai masuk ke rumah-rumah warga maupun ruang kelas di dua sekolah tersebut. Banjir masih sebatas menggenangi jalanan dan halaman rumah warga.
"Banjir mulai naik ke jalan tadi pagi (sekitar pukul 07.00 WIB), sampai siang ini belum surut," kata Ali, warga Dukuh Tegalan, Desa Kismoyoso, Kecamatan Ngemplak, Boyolali Kamis (4/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin sungai Bengawan Solo sudah penuh, Sungai Pepe juga sudah penuh, sehingga air kembali naik, mencari tempat-tempat yang lebih rendah," kata Ali yang rumahnya persis di depan SDN 1 Kismoyoso.
Menurut dia, kampungnya memang menjadi langganan banjir setiap tahun. Banjir terjadi karena sungai kecil di kampung tersebut yang bermuara ke Sungai Pepe dan Bengawan Solo itu tak mampu menampung arus air sehingga meluap menggenangi perkampungan penduduk.
Banjir landa Boyolali Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom |
Karena sudah terjadi hampir setiap tahun di musim penghujan, disebutkannya, warga pun sudah terbiasa dengan banjir. Namun demikian banjir yang menggenangi jalan-jalan tersebut, cukup menggangganggu mobilitas warga. Mereka harus mencari jalan lain yang tak tergenang.
"Sudah terbiasa, ini banjir tahunan. Ini sudah mulai surut," imbuhnya.
Genangan air juga terlihat di jalan depan Bandara Adi Soemarmo akibat air dari selokan meluap. Namun hanya beberapa meter saja yang tergenang.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan BPBD Boyolali, Purwanto, mengatakan dari laporan yang masuk, banjir terjadi di tiga desa di Kecamatan Ngemplak, yaitu Desa Kismoyoso, Ngargorejo dan Manggung. Banjir akibat debit air di sungai di desa tersebut naik dan meluap.
"Debit air di Ngargorejo, Manggung dan Kismoyoso sudah agak turun," kata Purwanto.
Atas kejadian tersebut, lanjut dia, BPBD Boyolali sudah menyalurkan bantuan ke lokasi banjir.Bantuan logistik itu untuk kerja bakti warga terdampak banjir.












































Banjir landa Boyolali Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom