"Nasionalisme itu harus dijaga, NKRI harga mati dan Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah tanggung jawab bersama. Kampus adalah mimbar akademik, masa depan bangsa ada di sini, jangan sampai rusak karena radikalisasi," ujar Nasir.
Hal ini disampaikan Nasir dalam pidato kebangsaan bertema "Menuju Indonesia Maju, Terbuka dan Berkeadilan dalam Bingkai Kebhinnekaan" di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Senin (1/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemenristekdikti juga telah bekerja sama dengan BNPT untuk melakukan upaya deradikalisasi dalam kampus. Ia menambahkan, pihaknya fokus pada pengeloaan sumber informasi sebagai upaya kontrol deradikalisasi.
"Pancasila itu jangan dibilang jauh dari agama. Pancasila itu bentuk pengejawantahan dari semua agama, bahwa kita harus menjaga komitmen persatuan bangsa bersama-sama menjaga pancasila," imbuh Nasir.
Dalam pidatonya, Nasir menyampaikan, perbedaan kampus itu bukan karena status melainkan karena kualitas
"Saya tidak mendiskriminasi kampus berdasarkan status negeri atau swasta. Bagi saya kualitas pendidikan dan kinerja warga kampus untuk lebih maju jauh lebih penting menjadi penilaian untuk mengukur kualitas sebuah kampus, mau di kota besar atau di daerah semua harus bekerja giat untuk kebaikan kampus masing-masing," pesannya.
Nasir mengakui bahwa di Jawa Tengah, baru ada lima perguruan tinggi terakreditasi A. Ia memuji UKSW atas kinerja menjaga kualitas kampus dengan memaksimalkan pelayanan kepada mahasiswa.
"Buat teman-teman mahasiswa, harus terus belajar. Nantinya kualitas kampus, bukan dilihat dari jumlah lulusan, tetapi siapa CEO-CEO di Indonesia itu, diisi dari alumni perguruan tinggi mana, itu baru bisa dilihat kualitas sebuah kampus," tandas Natsir. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini