Beberapa perguruan tinggi ini seperti Institut Seni Indonesia (ISI), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Politik ATK yang merupakan perguruan tinggi di bawah naungan Kementerian Perindustrian RI, Universitas Alma Ata, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) dan lain-lain.
Berapakah biaya hidup yang diperlukan seorang mahasiswa yang tinggal di Bantul atau menempuh studi di kampus yang ada di wilayah itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sebulan habis (biaya) berapa sebetulnya nggak tentu juga, tapi biasanya sebulan itu saya dikasih Rp 1 juta (sama orangtua). Tapi kadang dikasih lebih juga sih, dan itu (uang saku dari orangtua) sudah cukup untuk hidup sebulan," katanya saat ditemui di komplek Masjid Islamic Center UAD, Ringroad Selatan, Kabupaten Bantul.
Menurut mahasiswa angkatan 2018 ini, uang saku yang diterimanya tersebut dipergunakan untuk makan, biaya transportasi, pulsa dan kebutuhan lainnya. Mengingat untuk biaya untuk sekali makan ia tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam.
"Ya sekitar Rp 8 ribu untuk sekali makan, itu sudah sama minum lho, dan harga itu kalau di sekitar kampus. Karena kalau di kantin harganya lumayan, tapi tetap saya anggap biaya hidup di sini (sekitar kampus UAD) terjangkau," ucapnya.
Sedangkan untuk biaya tempat tinggal selama kuliah di UAD, mahasiswa jurusan Matematika ini menyebutkan tinggal kepintaran masing-masing dalam memilih indekos. Menurutnya hal itu penting karena berpengaruh terhadap pengeluaran sehari-hari.
"Sebelumnya saya kos di daerah seberang kampus, sebulannya Rp 500 ribu, tapi karena jarak sama kampus jauh akhirnya pindah di daerah belakang kampus, tepatnya di Wirosaban," ujarnya.
![]() |
"Kos di Wirosaban perbulannya Rp 650 ribu, itu kalau ambil 3 bulan langsung, karena kalau ambil perbulan bayarnya malah Rp 700 ribu. Ya memang lebih mahal dari yang dulu, tapi kan dekat kampus dan bisa menghemat biaya bensin," imbuh Hasan.
Mahasiswa asal Karawang, Jawa Barat ini menjelaskan, bahwa indekos seharga Rp 650 perbulan yang ditempatinya menyediakan fasilitas kamar mandi dalam, tempat parkir luas dan bebas biaya listrik serta air perbulannya. Sedangkan untuk fasilitas wifi diakuinya belum ada.
Hasan menambahkan, terkadang ia mengalami kondisi di mana belum genap satu bulan, uang saku yang diberi orangtuanya telah habis. Akan tetapi, hal itu tidak membuatnya langsung meminta kiriman uang.
"Ya kalau uangnya habis sebelum sebulan nggak ngomong, tapi kalau ditanya baru ngaku uangnya habis. Dan kalau memang sudah kepepet sekali itu baru ngomong kalau minta kiriman uang," ujarnya.
Sementara itu, mahasiswa UAD lainnya yakni Azlan Syah Putra (21) menyebut bahwa biaya hidupnya sebagai mahasiswa yang berkuliah di Bantul terbilang murah. Hal itu karena ia tidak memikirkan biaya sewa tempat tinggal selama berkuliah di UAD.
"Kalau saya nggak kos, karena rumah di Gamping Lor (Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman). Tapi sebelumnya saya tinggal di Bogor dan kelas 5 SD baru pindah ke Yogyakarta," ucapnya.
Mahasiswa angkatan 2017 ini menuturkan, meski tidak memikirkan biaya kos, ia menyebut bahwa jarak antara kampus dan rumahnya cukup jauh. Menurutnya, hal itu membuat pengeluaran untuk bahan bakar sedikit meningkat.
"Untuk ke kampus, saya pakai motor. Biasanya kalau berangkat pagi itu dari rumah ke kampus sekitar 15 menit, tapi kalau sore sekitar 20 menit. Dan kalau untuk bensin saya isi 2 kali seminggu dan sekali ngisi Rp 70 ribu full tank," ujarnya.
Pemuda yang mengambil jurusan Matematika di UAD ini melanjutkan, selain untuk biaya bahan bakar motornya, ia juga kerap mengeluarkan biaya untuk makan siang saat di kampus. Bahkan, tak urung Azlan harus mengeluarkan biaya lagi saat berkumpul dengan teman-temannya.
"Biaya sekali makan kalau pas di kampus ya tergantung isi dompet. Kadang Rp 10 sampai Rp 15 ribu, kadang hanya Rp 5 ribu itu kalau makan di angkringan depan (Kampus UAD). Yang jelas kalau makan di kantin malah mahal, jadi mending cari sekitar-sekitar kampus saja," katanya.
"Belum lagi kalau kumpul pas rapat, karena kebetulan saya ikut organisasi di kampus. Biasanya sebulan itu 10 kali kumpul, dan kalau keluar setiap malam terus makan keluar Rp 10 ribu, jadi ya kalau ditotal-total sebulan pengeluarannya Rp 1,2 juta," sambung Azlan.
Kendati demikian, Azlan tetap menyebut biaya hidup di Kabupaten Bantul terjangkau dan cocok untuk mahasiswa yang tengah berkuliah di Bantul. "Ya kalau menurut saya sih untuk biaya makan di Bantul tergolong murah, jadi bisa dibilang untuk biaya hidup mahasiswa yang kuliah di Bantul masih terjangkau," pungkasnya.
Hal serupa juga diungkapkan salah satu mahasiswa UMY, Lutfiyah Roudlotul Azizah (18) menjelaskan harga sewa indekos atau rumah kontrakan di sekitar kampus UMY terbilang cukup bervariasi. Karena itu harus selektif lebih dalam mencari tempat tinggal.
"Kalau buat kos atau ngotrak di sekitar UMY beda-beda (harganya), tergantung di seberang atau di belakang kampus. Untuk (biaya kos) di belakang kampus itu rata-rata Rp 7 sampai Rp 8 juta pertahun, atau bisa dibilang paling murah waktu aku cari-cari itu Rp 750 ribu perbulan," ujarnya kepada detikcom.
"Kalau (kos) di seberang kampus (UMY) itu rata-rata murah, sekitar Rp 6 juta pertahunnya. Harga kos itu untuk kos biasa lho, belum yabg eksklusif. Terus untuk masalah kontrakan mungkin start dari Rp 15 juta sampai 25 juta pertahun, itu juga tergantung (ukuran) rumahnya," imbuh Azizah.
Lanjut mahasiswi asal Ponorogo, Jawa Timur ini, setelah melakukan survei ia memutuskan untuk menyewa kos-kosan seberang kampus UMY, tepatnya di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul.
"Kalau saya kosannya ambil 6 bulan, dan 6 bulan itu Rp 3 juta. Jadi kalau setahun Rp 6 juta atau perbulannya Rp 500 ribu. Tapi kosannya sudah ada fasilitas seperti wifi dan lain-lain, jadi tidak perlu memikirkan biaya internet bulanan," ucapnya.
Terlebih, kata Azizah, bahwa jarak antara kos dengan kampus hanya berjarak ratusan meter. Kendati demikian untuk mobilitas sehari-hari ia lebih memilih mengendarai sepeda motor miliknya.
Sedangkan untuk biaya hidup sehari-hari, mahasiswi semester 2 jurusan Ilmu Pemerintahan ini menuturkan dalam sebulan mengeluarkan biaya tidak sampai Rp 2 juta. Untuk biaya makan di sekitar kampus UMY cukup terjangkau.
"Kalau untuk makan, sekali makan itu sekitar Rp 10 sampai Rp 13 ribu. Oiya dan uang bulanan itu sudah termasuk makan, bensin, laundry, nongkrong dan lain-lain," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini