Pelaksana tugas (Plt) ketua umum PPP, Suharso Monoarfa menyebutkan penghitungan elektabilitas tidak bisa dilakukan secara nasional. Sebab, menurutnya penghitungan harus dilakukan di tiap daerah pemilihan (dapil) karena karakter di tiap dapil yang berbeda.
"Saya kira elektabilitas masih cukup baik. Di kantong-kantong suara kita masih bagus. Kita gak bisa secara nasional, tapi kita lihatnya per dapil-dapil yang punya karakter berbeda-beda. Nah survei-survei suka membuat, mengekstrapolasikan itu secara nasional. Namun kita justru melihatnya itu per dapil," jelasnya saat berkunjung di kediaman Mbah Moen, Sraang, Rembang pada Rabu (27/3/19).
Ia pun optimis PPP pada Pemilu tanggal 17 April 2019 mendapatkan suara cukup banyak sehingga lolos kursi parlemen. Bahkan, ia memasang target ada peningkatan jumlah suara jika dibanding pada Pemilu sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suharso mengaku partai saat ini telah memiliki strategi khusus yang enggan dibeberkan kepada umum. Dari strategi itu ia yakin PPP mendulang suara.
"Saya akan lebih banyak tinjauan lapangan, saya sudah memulainya dengan satu masterplan. Saya mau uji petik, apakah benar hasil-hasil analisa kami. Kalau itu benar, jalannya bagus, ada indikasi menaik. Mudah-mudahan PPP tidak hanya lolos tapi juga menambah suara," terangnya.
Ia berharap agar pada tahun 2019 ini PPP tetap ada untuk meramaikan kancah politik naisional, dan tidak hilang dari percaturan politik nasional.
"Mudah-mudahana musibah demi musibah yang dihadapi PPP menjadi energi baru, kekuatan baru, sehingga PPP bisa semakin besar, bangkit dan mudah-mudahan pada tahun 2019 ini dalam Pemilu 17 april, kita tetap ada pada kancah politik nasional. Tidak hilang dari percaturan politik nasional," kata Suharso.
Ia mengakui dewasa ini Partai berlambang ka'bah itu terlalu larut pada kekuasaan. Menurutnya, kasus tertangkapnya ketum PPP Romahurmuziy menjadi salah satu cara Tuhan dalam memberikan peringatan.
"Tapi memang, mungkin itu sebuah peringatan. Setelah tahun 2004, tahun 2009, kita terlalu senang di kekuasaan, dekat dengan kekuasaan. Mungkin lupa begitu. Banyak cara Allah mengingatkan kita, atau menegur kita," akunya.
"Karena kalau hilang, beban saya itu luar biasa. Akan menjadi beban sejarah, ketika saya diminta mbah Moen, mbah Moen itu memegang saya, saya memegang tangan kanan beliau," pungkasnya.











































