Meriahnya Kirab Air Sendang di Hari Jadi Menara Kudus

Kudus - Hari ini merupakan hari jadi Menara Kudus yang jatuh pada tiap 19 Rajab atau tahun ini jatuh pada 25 Maret 2019. Warga berduyun-duyun menyaksikan kirab air sendang atau belik, dari Alun-alun Simpang Tujuh Kudus menuju Menara Kudus, Jawa Tengah, Senin (25/3/2019) siang hingga petang.

Air yang diwadahi gentong itu diambil dari puluhan sendang yang tersebar di Kabupaten Kudus. Setelah air dikirab, sesampainya di Menara Kudus, air dicampur dengan air sendang daerah lain.

Pantauan di lokasi, kirab diawali dengan para anggota forkompinda dan pejabat Menara Kudus mengendarai kuda. Di belakangnya, barisan dari tiap sendang berjalan kaki.

Masing-masing rombongan mengirab gentong berisikan air. Ada yang dari sumur gedhe Mbah Demo Demangan Mijen, belik Raden Ayu Gambir Dukuh Ngolelo Desa Gribig, sumur gentong Jolotundo Desa Loram Wetan, dan lainnya.

Foto: Akrom Hazami/detikcom

Mereka melintas jalan Sunan Kudus menuju halaman depan Menara Kudus. Tepatnya di panggung yang disediakan. Kemudian gantong air yang mereka bawa diletakkan di atas panggung. Setelah terkumpul, air dicampur jadi satu di gantong ukuran besar.

Sementara di dalam masjid Al Aqsha Menara Kudus ada puluhan santri melangsungkan khataman Alquran 19 kali. Setelah selesai, para kiai dan tokoh mendoakan air itu kemudian dibagikan kepada warga.

Acara diadakan oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) sebagai bentuk hari jadi Menara Kudus dan masjidnya. Atau mereka menyebutnya Ta'sis Masjid Al-Aqsha Menara Kudus.

Ketua Pengurus YM3SK Em Nadjib Hassan mengatakan agenda diharapkan berjalan rutin setiap tahun.

"Diharapkan pmerintah ikut menyengkuyung dengan menganggarkannya dari APBD tahun-tahun depan," kata dia berharap.

Foto: Akrom Hazami/detikcom

Acara kirab banyu penguripan merupakan ajang mengenalkan kekayaan sumber mata air yang ada di Kabupaten Kudus. Air tersebut dipercaya masyarakat memiliki manfaat bagi kehidupan.

Baca juga: Mandikan Patung Dewi Sri Ritual Selamatkan Sumber Air Telaga Buret

Eksistensi banyu panguripan ini telah menjadi bagian penting dalam ranah psikologis masyarakat, sehingga setiap punya gawe masyarakat selalu ingat leluhur dengan menyajikan selametan atau mengambil berkah air suci. Antara masyarakat dan leluhur tidak tercerabut oleh rentang waktu, melainkan tetap menyatu dengan air dan selametan.

"Karena ini juga bisa menjadi wisata baru di Kudus," ungkap Bupati Kudus M Tamzil.

Seorang warga, Mita seorang siswi MA Banat Kudus mengaku ikut berebut air yang dibagikan.

"Ngalap berkah. Semoga juga UN (ujian nasional) lancar " kata dia usai antre berebut air di lokasi.

Baca juga: Hari Jadi Menara Kudus, Air dari 50 Sendang Akan Dikumpulkan

(bgk/bgs)