"Survei adalah sebuah riset akademis. Tapi kemudian dibumbui dengan bumbu-bumbu politik, sehingga dipersepsikan. Sudah diolah," kata pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu, Kamis (21/3/2019).
Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng itu menganggap dalam hasil survei tersebut ada ekstrapolasi elektabilitas di angka 57 persen sampai 61 persen. Hal itu pula yang dianggap hasil tersebut merupakan survei yang diolah kemudian dipersepsikan agar mengira Jokowi-Ma'ruf kalah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Bambang, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 61,6 persen tidaklah sesuai kenyataan di lapangan. Dari survei internal PDIP 10 hari lalu, lanjut Bambang, elektabilitas pasangan 01 mencapai 68,8 persen. Hasil survei terbaru menunjukkan angka 72 persen.
"Itu 100 persen salah, mengolah angkanya salah. Jateng justru naik terus, secara periode tidak pernah turun," tegasnya.
Ia kemudian mengungkit hasil Survei Litbang Kompas pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Bambang menjelaskan saat itu hasil survei menyebutkan Ganjar-Yasin akan meraih suara 79 persen. Faktanya, suara yang diraih 57 persen.
"Bagaimanapun sebuah survei tak bisa dipercaya penuh. Tidak boleh berpegang mati pada surve. Survei hanya alat kita agar bekerja lebih baik lagi," ujar pria asal Sukoharjo itu.
Bambang juga menegaskan upaya pemenangan Jokowi-Ma'ruf di Jawa Tengah terus dilakukan termasuk mengandalkan para caleg. Selain itu ada 48 kelompok relawan di Jawa tengah yang telah didaftarkan.
"Pak Jokowi punya relawan yang terus bergerak. Sedangkan partai punya pasukan reguler dan non reguler. Semua terus bergerak," tutupnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini