Kembang Lampir di Gunungkidul Mulai Ramai Didatangi Caleg

Kembang Lampir di Gunungkidul Mulai Ramai Didatangi Caleg

Pradito Rida Pertana - detikNews
Senin, 11 Mar 2019 18:42 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Gunungkidul -
Kembang Lampir adalah sebuah pertapaan dan petilasan tempat pendiri dinasti Mataram Islam, Ki Ageng Pemanahan mencari wahyu Mataram sebelum Kraton Kotagede berdiri. Pertapaan Kembang Lampir berada di Dusun Blimbing Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Letak berada di sebelah tenggara atau sekitar 40 km dari Kota Yogyakarta. Untuk menuju kawasan ini lebih dekat melewati Imogiri Bantul ke arah Siluk hingga Kecamatan Panggang. Sedangkan dari Kota Wonosari sekitar 17 km atau 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

Banyak orang yang datang berdoa ditempat itu. Baik orang yang ingin naik jabatan, maju dalam pilkades. Bahkan menjelang Pemilu 2019 ini, para caleg dari berbagai daerah juga banyak yang berdatangan. Bahkan, jumlah caleg atau orang yang datang meningkat dibanding Pemilu 2014 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadi malam (Minggu 10/3/2019) banyak yang ke sini (Kembang Lampir), ada (Caleg) yang dari Klaten dan Bantul, kemarin siang juga ada," ujar juru kunci Trisno Sumarto (62) saat ditemui detikcom di pertapaan Kembang Lampir di Dusun Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Senin (11/3/2019).

"Yang datang tadi malam baru pulang pagi tadi. Untuk hari ini belum ada, tapi nggak tahu kalau nanti," imbuhnya.

Lanjut pria yang kerap disapa mbah Tris ini, bahwa waktu kunjungan para caleg ke Kembang Lampir tidak bisa diprediksi. Karena itu mbah Tris tidak tahu secara pasti berapa jumlah caleg atau calon kepala daerah yang sudah mengunjungi Kembang Lampir.

Selain itu, caleg-caleg yang datang tidak hanya berasal dari pulau Jawa saja, bahkan beberapa ada yang sengaja datang dari luar Pulau Jawa. Karena itu, Ia selalu berada di Kembang Lampir untuk mengantar para caleg memanjatkan doa di lokasi pertapaan.

"Biasanya mereka itu ndadak (tiba-tiba) yang ke sini itu, tapi kalau sudah sekali dua kali biasanya menghubungi saya dulu lewat telepon. Kalau jamnya juga tidak pasti, ada yang sore, malam dan jam 2 pagi juga ada," ucapnya.

"Dan yang datang biasanya rombongan, bawa teman kadang 4 atau 5, dan naiknya (ke tempat pertapaan Kembang Lampir) ya sama rombongan itu tadi," sambung Trisno.

Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan para caleg saat memanjatkan doa bervariasi. Menurut mbah Tris, hal itu sesuai dengan kepentingan masing-masing caleg.

"Biasanya lama di atas (tempat pertapaan Kembang Lampir), paling 3 jam dan tirakat semalam.

Menurut mbah Tris, Kembang Lampir dahulunya sepi pengunjung karena tidak ada yang tahu tempat tersebut adalah lokasi pertapaan. Namun, sejak dibangun pada tahun 1977, mulai banyak orang-orang yang berkunjung dan mencari berkah di Kembang Lampir.

"Banyak yang belum tahu (Kembang Lampir), tapi kalau sekarang sepertinya sudah banyak yang tahu ya, dan dibanding tahun-tahun lalu, tahun ini lebih banyak (caleg dan calon kepala daerah) yang ke sini," ujarnya.

Ia menambahkan, biasanya caleg dan calon pejabat maupun pejabat yang datang tidak hanya menjelang Pemilu namun menjelang Pilkada. Bahkan, ada dari mereka yang datang sejak setahun sebelumnya ke Kembang Lampir.
Kembang Lampir di Gunungkidul Mulai Ramai Didatangi CalegFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Mulai ramai biasanya 1-2 tahun sebelumnya (Pemilu dan Pilkada) itu sudah ke sini (Pertapaan Kembang Lampir). Seperti ada yang maju sebagai kepala daerah tahun 2020 sudah ke sini kok, dari luar Jawa itu. Dia nyuwun (meminta) berkah ke sini," pungkasnya.

Menurutnya para tamu yang datang tidak hanya pejabat saja namun salah satu Presiden RI juga ada yang pernah mengunjungi tempat tersebut.

"Banyak yang sudah ke sini (pertapaan Kembang Lampir), saat pakde saya (jadi juru kunci) itu ada Menteri Harmoko, Pak Murdani dan Susilo Sudarman," ujarnya.

"Kalau sekarang biasanya orang yang mau njago (maju menjadi pejabat) ke sini, caleg juga. Banyak itu caleg yang ke sini, dari partai apa saja ke sini, dari Jawa ada dan dari luar Jawa juga ada," ucapnya.

Ia menjelaskan mereka yang datang biasanya dijawijbkan membawa beberapa barang. Adapun barang tersebut berupa kembang telon (bunga 3 jenis) yaitu melati, mawar, kantil, rokok, minyak wangi srimpi, lilin dan dupa.

"Mereka datang untuk mencari berkah dan mencari wahyu dengan memanjatkan doa kepada yang maha kuasa (Tuhan YME) seperti para pendahulu. Ya (ke Kembang Lampir) seperti lantaran, kalau mintanya tetap (ke Tuhan)," ucapnya.

Sedangkan untuk pakaian, para pengunjung tidak diperbolehkan mengenakan pakaian berwarna hijau lumut dan ungu terong. Nantinya, mereka yang berniat mencari berkah akan menapaki anak tangga ke bagian atas atau tempat pertapaan.

"Di atas itu ada tempat isinya tanah dan kayu seukuran tangan, kayunya itu pohon wegig dan dulu untuk tempat bertapa ki Ageng Pemanahan. Selain itu ada juga pendapa untuk sungkeman tirakatan," katanya.

"Ya ada yang jadi, kebanyakan jadi. Tapi kalau sudah jadi jarang datang ke sini lagi, dan kalau belum jadi sering ke sini, biasanya seperti itu, ya namanya juga orang usaha," pungkasnya.
(bgk/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads