Dalam halaqah kebangsaan tersebut, para kiai dan santri dari dua provinsi ini membahas pasangan calon Presiden dan wakilnya yang maju pada Piplres 2019.
Pembahasan dilakukan berdasarkan perspektif fiqih keagamaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada wartawan, Abdul Ghofur Maimoen mengungkapkan pembahasan pemilihan presiden kali ini berdasarkan buku rangkuman fiqih yang ditulis oleh salah seorang kiai yang merupakan gurunya, yakni KH Muhammad Said Abdul Rokhim yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren MUS Sarang.
"Beliau punya tulisan tentang perspektif fikih, cara memilih pemimpin itu seperti apa. Mana yang layak mana yang kurang layak. Murni berdasarkan perspektif fikih. Jadi pandangan-pandangan kiai, rujukan-rujukan kiai, rujukan-rujukan buku kitab kuning, dan ada pula kitab-kitab lain," kata Gus Ghofur, sapaan akrabnya.
Menurutnya, memilih seorang pemimpin berdasarkan perspektif fikih merupakan tradisi pesantren yang sudah sejak lama dilakukan.
"Dan ini ingin dibedah bersama-sama barangkali ada yang kurang dan agar pas. Karena tradisi pesantren ini dalam memilih pemimpin kan harus berdasarkan hujjah-hujjah kepesantrenan," terangnya.
Dalam halaqah kebangsaan itu pun, mengerucut pada pemilihan pasangan calon presiden nomor urut 1, Jokowi-Ma'ruf Amien pada Pilpres 17 April mendatang.
"Salah satunya ini adalah pandangan keagamaan, Jokowi terlihat lebih religius ketimbang Pak Prabowo. Kemudian dalam pandangan keagaamaan ini kalau dibarengi dengan Pak Jokowi, maka konsultasi tentang keagaamaan, kepentingan Ahlussunah Waljamaah lebih terkontrol. Karena ada wakilnya yang satu ketua MUI, dan juga Rais Aam PBNU," jelasnya.
Simak Juga ' Jokowi: Saya Buat Perpres Hari Santri Kok Dibilang Anti Islam? ':
(bgk/bgs)