"Bagi saya kiai ini kan adalah tokoh yang masih dianut oleh masyarakat terkait dengan seruan moral, seruan anti hoaks ini seruan moral," kata Rommy, kepada wartawan di sela acara Halaqah Alim Ulama bertema 'Merawat Ukhuwah Islamiyah, Melawan Hoax dan Fitnah' di kompleks Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, Sabtu (23/2/2019).
Rommy pun menyinggung sosok Amien Rais hingga Prabowo yang termakan oleh hoaks Ratna. Menurutnya, meski dengan kedudukan, jabatan, dan status sosial mereka yang tinggi di masyarakat, namun tidak bisa diharapkan masyarakat untuk menangkal hoaks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu, lanjut Rommy, peran kiai sebagai tokoh-tokoh moral menjadi penting untuk turun gunung mengkampanyekan anti hoaks.
"Untuk mengajak pemilih (Pilpres) kita menjadi pemilih cerdas," sebut Rommy yang juga menyinggung Pemilu 2019.
Rommy juga berharap para kiai dan ulama se-Indonesia bisa melakukan hal serupa untuk mengkampanyekan anti hoax dan fitnah.
"Apa yang dideklarasikan oleh para kiai dan ulama dari DIY ini bisa mendapat sambutan dan gema dari seluruh Indonesia. Sehingga 53 hari ke depan para kiai ulama yang menyampaikan dalam forum-forum agama seperti Jumatan dan majelis taklim yang secara rutin mereka punyai, bisa mengkampanyekan anti hoax dan anti fitnah dan mengajak pemilih cerdas untuk melawan hoaks dan fitnah bersama-sama," imbuhnya.
Dalam acara halaqah ini, para peserta yang merupakan tokoh agama dari lintas organisasi agama Islam memang diajak untuk deklarasi kampanye anti hoaks dan fitnah menjelang Pemilu 2019.
Dalam kesempatan ini, Rommy mengajak ulama yang masih memakai pola dakwah konvensional agar beralih ke dakwah digital. Rommy berharap ulama konvensional bisa populer seperti ustaz-ustaz muda.
"Saya ingin memberikan kepada tokoh agama, dari sejumlah organisasi agama, ustaz, ustazah, mereka harus mengembangkan pola dakwah dengan pola multimedia yang mengikuti tren dari keinginan masyarakat, khususnya generasi milenial usia 35 tahun ke bawah," kata Rommy.
Rommy menyandingkan sejumlah nama ulama di antaranya dari NU dan Muhammadiyah, dengan ustaz dari organisasi dan kelompok lain. Rommy menyampaikan materi soal '10 ustaz pengikut terbesar di media sosial' dan data 'kunjungan ke situs ormas Islam utama vs Islam garis keras di Indonesia'.
"Karena terbukti saat ini, ustaz yang populer di media sosial, facebook, twitter dan instagram, adalah ustaz-ustaz yang menggarap dakwah digital secara serius. Sementara banyak ulama konvensional dari sisi keagamaan lebih alim, tetapi tidak pernah menggarap sama sekali dakwah digital, sehingga mereka tidak terpotret memiliki banyak followers," jelasnya.
"Saya merangsang mereka, ini lho sementara ustaz yang masuk follower tinggi adalah ustaz-ustaz wahabi, ustaz-ustaz salafi, yang kebanyakan berbeda dengan masyarakat Indonesia dan berpotensi dalam paham keagamaan menimbulkan benturan. Sementara NU, Muhammadiyah yang merupakan ormas Islam terbesar dan tertua di Indonesia tidak menggarap dakwah digital dengan serius," lanjutnya.
Tonton juga video 'Ma'ruf: Orang yang Buat dan Percaya Hoax Calon Ahli Neraka':
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini