Direktur RSUD Surakarta, dr Willy Handoko, memastikan bahwa kasus tersebut bukanlah peristiwa gaib. Hal itu merupakan kasus yang banyak terjadi di masyarakat.
"Banyak kasus seperti itu. Jadi tidak disunat jin," kata Willy saat meninjau pembangunan RSUD Semanggi, Solo, Rabu (6/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, kasus itu dalam medis dinamakan paraphimosis. Yaitu ketika kulup penis ditarik ke pangkal namun tidak dapat dikembalikan ke kondisi semula.
"Penanganannya mudah, tidak perlu operasi. Paling suntik lokal, lalu ditarik, dibuka," kata Willy.
Dia mencontohkan ada kasus lainnya, yakni phimosis. Kondisi ini kebalikan dari paraphimosis, yaitu ketika kulup penis tidak dapat ditarik sampai ke pangkal karena lengket.
Terpisah, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surakarta, dr Aji Suwandono, menambahkan bahwa paraphimosis bisa juga mengakibatkan bahaya. Sebab ketika kulup penis tak dapat kembali, aliran darah dapat terhambat.
"Penjepitan batang penis oleh kulup penis itu bisa menimbulkan bendungan aliran darah dan pembengkakan di ujung penis. Kemudian jaringan penis bisa mati akibat darah tidak mampu mengalir di penis," ujar Aji melalui telepon.
Diberitakan sebelumnya, bocah yang duduk di kelas 1 SD itu merasakan sakit di bagian kemaluannya saat mandi sore. Ibunya merasa kaget karena kemaluan anaknya sudah berbentuk seperti dikhitan.
Menurut sang kakek, kondisi tersebut dipercaya merupakan hal gaib. Si bocah diyakini disunat oleh jin. Namun ketika dibawa ke RSUD Surakarta, kemaluan si bocah dapat dikembalikan seperti semula. (bai/mbr)











































