"Assalamualaikum, Mbah Un," seru anak-anak tersebut sesampainya di dalam kamar, Rabu (30/1/2019).
"Waalaikumsalam," jawab seorang pria yang tengah terbaring di atas tempat tidur. Bukan karena habis terbangun dari tidur, ternyata pria bernama Untoro (60), warga Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul mengalami kelumpuhan pada kedua kaki dan tangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Seketika, anak-anak tersebut langsung menyalami Untoro dan duduk di kursi dan sebuah tempat tidur tak beralaskan kasur yang berada di kamar tersebut. Tak berselang lama, Untoro langsung mengenakan kacamata dan mulai mengambil sebuah buku yang dibaca layaknya seorang guru mengajari murid-muridnya.
Ya, anak-anak tersebut ternyata tengah melangsungkan kegiatan belajar mengajar bersama dengan Untoro. Dengan penuh kesabaran, Untoro mulai memberikan pertanyaan kepada anak-anak tersebut mengenai pelajaran IPA. Tak hanya itu, sesekali Untoro menyisipkan pelajaran Agama yakni mengaji dalam sesi belajar mengajarnya tersebut.
Meski mengalami keterbatasan dalam bergerak, Untoro tampak piawai mengajari anak-anak tersebut. Tampak tangannya dengan cekatan membuka halaman per halaman buku pelajaran yang hendak diajarkannya kepada anak-anak tersebut.
Diceritakan Untoro, bahwa sebelumnya ia hidup dengan kondisi tubuh yang normal. Namun, karena terjatuh saat memanggul ubi di ladang. Akibatnya, Untoro mengalami kelumpuhan total pada bagian vital tubuhnya.
"Jadi waktu itu saya bawa ubi, dan (Ubi yang dipanggul Untoro) kesangkut pohon lalu saya jatuh ke sawah, dan sejak usia 17 saya jadi lumpuh," ucapnya saat ditemui detikcom di kediamannya, Dusun Klampok, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (30/1/2019) sore.
"Jadinya saya cacat seumur hidup, mungkin sudah takdir saya dan saya terima itu," imbuh Untoro.
Lanjut anak ketiga dari enam bersaudara ini, karena lumpuh total membuatnya tidak bisa bergerak layaknya orang normal. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangatnya dalam menjalani hidup. Mengingat setiap hari ia didatangi anak-anak ke rumahnya, hingga suatu ketika Untoro menanyakan kepada anak-anak yang datang ke rumahnya perihal pendidikan.
"Kan banyak anak-anak yang main ke sini (Rumah Untoro), waktu itu saya tanya kok nggak masuk Sekolah? Dijawab mereka libur mbah, dan saat itu ada anak yang minta diajari pelajaran Sekolah, dia tanya gini 'Simbah kalau ngajari saya masih bisa?' Ya saya jawab 'Coba bawa sini bukunya, dicoba sama-sama'," katanya.
Lebih lanjut, Untoro mengakui bahwa ia tidak memiliki background pendidikan Guru, bahkan Untoro hanya mengenyam sekolah hingga bangku kelas 2 SMP karena kondisinya yang lumpuh. Akan tetapi, melihat semangat anak-anak untuk belajar membuat pria murah senyum ini terpanggil untuk mengajar anak-anak tersebut.
"Istilahnya itu saya ikut belajar juga, dan mengajarkannya kepada anak-anak. Karena itu mulai tahun 1985 itu saya mulai mengajari anak-anak, karena menurut saya menuntut ilmu itu wajib. Untuk yang saya ajari mulai anak-anak SD sampai SMP juga ada," ujar Untoro.
Diakuinya, dari belajar bersama itu ia mulai mendapat ilmu yang banyak untuk selanjutnya disalurkan kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, karena banyaknya anak-anak yang belajar ke rumahnya ia menerima banyak bantuan buku pelajaran untuk dipelajarinya.
Tak hanya pelajaran Sekolah seperti Matematika dan IPA saja, Untoro juga mengajarkan anak-anak ilmu Agama dengan mengajak mengaji bersama.
"Mengajari Agama dan ngaji itu dimulai sedikit-sedikit, karena saya belajar sendiri dan tidak ada yang mengajari. Setelah bisa, saya sering menyisipkannya (Ilmu agama dan mengaji) di setiap belajar mengajar setiap sore itu," katanya.
Disinggung mengenai jumlah anak-anak yang belajar di rumahnya, Untoro mengaku tidak tahu pasti karena sudah sangat banyak. Bahkan, diakuinya ada beberapa yang saat ini sudah menjadi Guru.
"Untuk murid banyak, ada yang sekarang sudah berkeluarga dan jadi guru juga. Mereka juga masih sering ke sini untuk nengok saya," ucapnya.
Namun, diakui Untoro, karena kondisi tubuhnya yang tidak selalu sehat, sesekali ia meliburkan kegiatan belajar mengajar tersebut.
"Ya pernah saya liburkan juga karena sakit, tapi malah setelah itu saya dibelikan obat sama mereka," katanya.
Disinggung mengenai biaya yang dibebankan kepada anak-anak yang diajarinya setiap sore, Untoro mengaku sama sekali tidak mengenakan biaya sepeser pun. Menurut Untoro, hal itu karena ia mengajari anak-anak dengan rasa ikhlas, selain itu agar anak-anak tidak terjerumus ke dalam hal yang negatif.
"Tidak ada, tidak (Biaya mengajari anak-anak), mereka mau datang dan belajar saja saya senang, yang penting anak-anak rajin belajar, karena menuntut ilmu itu wajib," ujarnya.
Mengenai hingga kapan ia akan mengajari anak-anak tersebut, Untoro tidak memberi batasan. Hal itu dikarenakan menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi semua orang.
"Nggak tahu sampai kapan, yang jelas semoga anak-anak yang belajar si bangku Sekolah dan di sini jadi anak yabg cerdas, pandai dan berguna bagi bangsa Negara, itu saja," katanya.
Sementara itu, salah satu murid Untoro, Raisya Dwi Aryani (9) mengatakan, bahwa ia sudah sering datang ke rumah Untoro untuk belajar. Ia biasanya datang bersama dengan teman-temannya pada sore hari.
"Ya senang saja, bisa kumpul sama teman-teman dan belajar sama-sama," ujar siswi kelas 3 SD ini kepada detikcom. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini