"Ya saya kira itu harus diberhentikan itu. Saya kira tabloid-tabloid, edaran-edaran yang diedarkan pada hari Jumat, saya kira itu harus dihentikan, apapun gitu ya," ujarnya kepada wartawan di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (25/1/2019).
"Iya (termasuk tabloid) Indonesia Barokah, kalau mau diterbitkan juga Obor Rakyat, atau juga buletin-buletin yang diterbitkan oleh bekas Hizbut Tahrir," lanjut Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Brosur) Hizbut Tahrir kan masih, walaupun enggak pakai nama HTI, tapi kan masih bergerak mengedarkan brosur-brosur Jumatan itu lho, mimbar Jumatan diedarkan. Saya kira itu harus dihentikan," tegasnya.
"Karena isinya kebanyakan politik, politik itu. Politiknya itu politik kekuasaan bukan politik sebagai suatu etika, suatu akhlak. Tapi politik untuk merebut kekerasan. Kalau sudah sampai di situ saya kira harus dihentikan," tuturnya.
Menurutnya, keberadaan tabloid maupun brosur bermuatan politik di masjid harus segera disetop. Sebab, tak jarang tabloid maupun brosur bermuatan politik yang masuk ke tempat ibadah berisi informasi yang tidak benar.
"Ya itu kan (tabloid dan brosur bermuatan politik) menjual kabar bohong, mempelesetkan orang, mungkin juga menfitnah orang, itu kan enggak baik kalau disalurkan melalui masjid," pungkas dia.
Ikuti perkembangan Pemilu 2019 hanya di detik.com/pemilu
Saksikan juga video 'Tabloid Indonesia Barokah Disebar ke 3 Desa di Blitar':
(ush/bgs)











































