Bocah itu adalah Zaki Fijratullah (9) warga Desa Honggosoco, RT 4 RW 2, Kecamatan Jekulo. Kedua Muhamad Ulil Albab (4,5) tahun. Ulil tinggal RT 7 RW 2 desa yang sama. Keduanya hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur.
Zaki Fijratullah, putra pasangan Siswanto dan almarhumah Alfiyah ini menderita hidrosefalus. Penyakit tersebut diakibatkan oleh kelainan pada sistem saraf dan infeksi yang menyebabkan radang pada otak janin. Biasanya, penyakit ini menjangkiti anak, baik saat di dalam kandungan ataupun ketika telah lahir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan ditemani kakeknya, Legiman (55) dan neneknya Kusrini (50) serta dua adik perempuan kembar serta ayahnya. Sang ayah hanya pulang seminggu sekali dari bekerja buruh bangunan di Jepara.
Kepala Zaki tampak membesar melebihi tubuhnya dan itu membuatnya sulit bergerak. Sedangkan badannya nampak kurus kering, hanya tulang berbalut kulit. Mulutnya beberapa kali mengucapkan kalimat dengan nadanya yang lemah.
"Aku difoto. Mbah, aku difoto," respons Zaki bereaksi didampingi kakek dan neneknya, saat diabadikan gambarnya oleh wartawan, di rumahnya, Selasa (15/1/2019).
![]() |
Zaki tak bisa berjalan. Hidupnya habis di atas kasur. Tubuhnya yang lemah akibat penyakitnya, membuat Zaki melakukan aktivitasnya di atas dipan. Dari makan, minum, bermain, hingga buang air. Semuanya diselesaikan di kasur.
Legiman menceritakan, Zaki mengalami sakit sejak usia 1 tahun lebih. Saat lahir, Zaki tumbuh normal. Baru saat usia 1 tahun, dari kepalanya muncul benjolan. Saat itu keluarga tak memeriksakannya, lantaran tak ada biaya berobat.
"Umur satu tahun. Seperti ada benjolan di kepalanya. Benjolan itu membesar. Tambah membesar terus," ungkap kakek menceritakan derita cucunya.
Ternyata benjolan itu semakin besar hingga saat Zaki memasuki usia 2-3 tahun. Keluarga berupaya mengobati dengan biaya seadanya. Zaki menjalani perawatan beberapa hari di RS St Elisabeth Kota Semarang selama dua minggu.
"Habis itu ya enggak diperiksa ke mana-mana. Bapaknya ndak mau. Karena harus bolak-balik. Jauh," bebernya.
"Selain juga, enggak ada biaya berobat. Bapaknya kerja jadi kuli bangunan. Ibunya sudah almarhumah. Saat masih hidup, ibunya kerja di Djarum (pabrik rokok Djarum)," imbuh Legiman.
Saat ini keluarga berharap supaya Zaki bisa sembuh dan tumbuh sehat seperti anak sebayanya.
Sementara bocah penderita hidrosefalus di desa yang lain adalah Muhammad Ulil Albab (4,5) tahun. Dengan kondisi kepala membesar serta tubuhnya lemah. Ulil dipangku ibunda, Mariyatul Qibtiyah serta didampingi beberapa anggota keluarga dan kerabat.
Menurut ayahnya, Ngasimin, penyakit yang diderita Ulil Albab, kemungkinan akibat ibu terjatuh saat usia kandungan sekitar 8 bulan. Ketika itu, posisi jatuhnya tengkurap. Sehingga, pascakejadian jatuh, dimungkinkan terjadi infeksi yang menjadi pemicu kelainan di dalam kandungan.
"Sudah dilakukan operasi sebanyak 9 kali. Telah dipasangi selang di kepala. Cairan di kepala dibuang ke saluran air seninya, " ungkap Mariyatul sembari menggendong Ulil.
Putra keduanya tidak hanya menderita hidrosefalus, tapi juga saluran pernafasan atau infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal itu membuatnya terganggu saat bernafas. Bahkan, menurut keterangan dokter kepadanya, jaringan otaknya sudab tidak normal dan kondisi tubuhnya lumpuh.
"Matanya, telinga, tak berfungsi lagi. Bicara juga tidak bisa. Paling hanya bersuara kayak mengerang. Itu jadi kode saya untuk bertindak apa. Mungkin minta minum susu, makan bubur lembut, atau buang air," ucapnya tenang.
"Keluarga hanya berharap anak saya sehat. Hanya sehat," katanya dengan suara tegar menerima kenyataan.
Dia tak pernah malu membawa si kecil keluar. Dibawanya ke luar rumah supaya Ulil bisa menghirup udara yang lebih segar.
"Saya sering membawa keluar rumah biar segar juga," kata ibu rumah tangga ini sambil sesekali menciumi pipi si kecil.
Secara terpisah ketua PKK Kabupaten Kudus, Rina Budi Ariyani mengaku akan segera melaporkan apa yang dia temukan kepada Bupati Kudus. Pihaknya meminta Dinas Sosial P3AP2KB Kudus dan Dinas Kesehatan Kudus untuk bisa membantu keluarga penderita hidrosefalus.
"Dinsos saya minta untuk dibantu utamanya tentang bantuan sosial. Kemudian, untuk Dinkes saya harap dibantu untuk pelayanan terhadap akses kesehatan di Kudus, kalau perlu dibantu sampai RS Kariadi Semarang," tutupnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini