"Biasanya 50 kali (guguran) kok. Jadi ya biasa kan itu (aktivitas di Merapi). Rata-rata selama ini kan guguran 50 kali, 30 sampai 50 kali (per hari)," ujar Hanik saat ditemui wartawan di kantornya, di Jalan Cendana No 15 Kota Yogyakarta, Senin (14/1/2019).
Hanik mengatakan, guguran di Merapi adalah fenomena biasa. Penyebabnya karena terjadi pertumbuhan kubah lava di puncak Merapi. Namun karena adanya aktivitas Merapi, alhasil material kubah berguguguran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun guguran yang terjadi di Merapi, lanjut Hanik, tidak selalu disertai lava pijar. "Tidak selalu, jadi lava pijar yang teramati. Guguran tidak selalu berupa lava pijar. Tidak selalu per hari (muncul lava pijar). Tapi ya itu guguran material dari dalam dan permukaan," tuturnya.
Dijelaskannya, guguran lava pijar di Merapi terakhir terjadi dini hari tadi sekitar pukul 02.30 WIB. Jarak luncurnya masih tergolong kecil dibanding luncuran lava pijar sebelumnya yang pernah mencapai 1,7 kilometer.
"1,7 (kilometer) yang terpanjang. Sudah kita sampaikan juga lewat Twitter, medsos kita, kita sudah sampaikan juga. Jadi yang terpanjang (1,7 km). Tadi malam (luncuran lava pijar paling panjang) ya 600 meter," pungkas dia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini