Tim Pranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng Puro Pakualaman, Mas Ngabehi Citropanambang, menjelaskan dalam tradisi Jawa ada dua akad nikah. Pertama akad nikah sesuai ajaran agama, sedangkan yang kedua akad nikah sesuai tradisi Jawa yaitu panggih.
"Bahwa akad nikah dalam tradisi Jawa. Satu akad nikah secara agama itu ya akad nikah ijab qabul, kedua ada akad nikah secara tradisi Jawa itu panggih. Sehingga panggih itu adalah tempat detik bertemunya mereka," jelasnya, Sabtu (5/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk aturan tersebut, lanjut Citropanambang, kedua mempelai tidak diperkenankan bertemu terlebih dahulu sebelum prosesi panggih, termasuk saat prosesi akad nikah berlangsung. "sehingga sebelum upacara panggih tidak boleh bertemu," tegasnya.
Tonton video: Saat Kisah Cinta BPH Kusumo dan Maya Lakshita Bermula
Citropanambang menjelaskan, selama prosesi akad nikah dr Maya Lakshita Noorya tetap berada di Dalem Pengulon Masjid Besar Pakualaman. Setelah akad nikah selesai dia bersama rombongan menuju Puro Pakualaman mengendarai sebuah mobil.
"Begitu selesai (akad nikah) yang putri menuju Puro dulu, masuk dulu, tadi pakai mobil. Masuk dulu baru kemudian disusul pengantin pria masuk, supaya tidak ketemu juga. Ketemunya benar-benar sampai nanti pas panggih benar-benar bertemu," jabarnya.
Selain momen tak hadirnya dr Maya Lakshita Noorya saat prosesi akad nikah, ada satu momen lain yakni tak hadirnya ayahanda mempelai pria, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X saat ijab. Apa alasannya?
"Ya karena beliau (KGPAA Paku Alam X) tidak mengijabkan, yang mengijabkan kan Pak Mandiyo wali dari dr Maya, sehingga Kanjeng Gusti tidak rawuh. Ya tadi (KGPAA Paku Alam X) diwakilkan kerabat," pungkas Citropanambang.
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini