Ketua RW 04 Pancuran, Budi Sutrisno, mengakui dulunya kampung tersebut adalah kampung kumuh yang rawan kriminalitas. Dulunya, kata dia, orang akan takut masuk kampungnya.
"Dulu di sini terkenal brutal, jadi artinya memang kampung Bromocorah. Dulu orang mau masuk kampung Pancuran nggak berani. Mungkin bisa ditanyakan kampung tetangga kita. Dulu bisa dikatakan serem," ujarnya, Kamis (3/1/2019).
![]() |
Namun kesadaran bersama warga, mengubah semua gambaran itu. Mereka bersama-sama menata kampung. Di beberapa sudut diberi mural. Sedangkan di lokasi-lokasi fasilitas umum dicat warna-warni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Salah satu warga, Purwadi (62), berharap kedepannya bukan hanya dengan lukisan di kampung yang ada atau membangun fisik, namun juga SDM.
"Harapan ke depan mimpi tidak hanya membangun fisik, tapi meningkatkan SDM dengan potensi yang ada," ujar dia.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengaapresisasi kesadarann warga tersebut. Dia mengunjungi kampung tersebut, berkeliling melihat lukisan di tembok dan saluran air bersih.
"Saya senang lihat. Di sini ada perubahan konkret dan riil, dari kampung kumuh kemudian dibuat kampung yang nyeni, bersih dan ternyata itu merubah perilaku sosial masyarakatnya," kata Ganjar kepada wartawan di Pancuran.
![]() |
"Yang dulu terkenal kampung preman, sekarang menjadi kampung yang sangat ramah, menarik orang bisa datang. Ini bisa dijadikan model cara penanganan kampung-kampung kumuh. Saya kira layaklah mereka untuk saling bertukar, saling belajar. Di Salatiga ada Pancuran, di Semarang ada Kampung Pelangi. Dan makin hari, makin orang punya kesadaran untuk hidup baik, bersih, indah dan bahagia," katanya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini