"Enggak, enggak seperti itu. Kalau yang terjadi sudah diselesaikan sama Pak Wali Kota," ujar Sultan kepada wartawan di sela Dies Natalis ke-69 Universitas Gadjah Mada (UGM) di Grha Shaba Permana, Rabu (19/12/2018).
Sultan menjelaskan, insiden pemotongan nisan salib bermula saat ada warga di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, meninggal dunia. Sementara mayoritas warga di sana adalah muslim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sultan kembali menegaskan, persoalan pemotongan nisan salib sudah selesai. Meskipun akibat insiden tersebut muncul anggapan bahwa masyarakat Kotagede, Yogyakarta, dianggap intoleran.
"Ya itu (viralnya pemotongan nisan salib) konsekuensi karena diviralkan itu, yang sebetulnya enggak ada masalah," ucap Sultan menjawab pertanyaan wartawan terkait adanya anggapan warga Yogya tak lagi toleran. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini