"Saya rasa sudah berjalan wajar, demokratis, ndak ada intervensi. Kita terima dan saya sampaikan ke mereka siapa pemenangnya itu harus berusaha ada rekonsiliasi jika ada keretakan di dalam," kata Buya kepada wartawan di kediamannya, di Perumahan Nogotirto Elok II, Gamping, Sleman, Minggu (2/12/2018).
Lalu seperti apa sosok Cak Nanto di mata Buya?
"Saya ndak mengatakan yang terbaik, tapi yang terpilih dia, tapi terpilih. Rekam jejaknya menempuh pendidikan di Muhammadiyah," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mudah-mudahan dia memahami Indonesia bhinneka, pluralis, tidak bisa lagi memandang Indonesia memakai teologi kebenaran tunggal, ndak bisa. Kita plural, bhinneka, itu realitas sosial kita yang tidak bisa kita tolak," urai Buya.
"Mudah-mudahan dia menjadi orang yang peka, dan tidak main politik praktis, itu memang pendirian Muhammadiyah, harus ikut itu, berdasarkan muktamar 71, Muhammadiyah menjaga jarak dengan parpol, itu yang kita pegang sampai hari ini, tidak usah ditafsirkan macam-macam," lanjutnya. (bgk/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini