Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), Anang Latif mengibaratkan pembangunan internet sebagai dua buah mata pisau. Jika digunakan secara sembarangan, internet bakal memberi dampak negatif.
"Kami Kominfo dalam menyiapkan sinyal itu deg-degan karena kami berarti menyiapkan pisau bermata dua," kata Anang dalam diskusi publik bertajuk Merawat dan Menjaga Kebhinekaan di Solo, Rabu (28/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tolong anak-anak diawasi, hal negatif misalnya berita bohong itu nanti juga bisa masuk ke desa-desa," tuturnya.
Meski terdapat efek buruknya, Anang menilai keberadaan internet wajib dirasakan seluruh masyarakat.
"Saya tahun 2010 ke pelosok, saya tanya siapa presidennya, jawabannya Gus Dur. Jadi ternyata mereka tertinggal informasi 5-6 tahun," katanya.
Saat ini Bakti sudah memasang menara Base Transceiver Station (BTS) di 800 titik. Pihaknya masih harus memasang 5 ribu BTS lagi di daerah-daerah pelosok.
"Tapi kami sudah menyediakan 2.800 sinyal gratis untuk sekolah, kantor desa dan puskesmas di pelosok daerah," katanya.
Baca juga: Lubang Hitam Media Digital |
Dia menyebut ada 10 persen desa yang sama sekali belum terkoneksi sinyal 2G untuk telepon dan SMS. Sedangkan untuk sinyal 4G, masih ada 27 persen desa yang belum dijangkau.
"Targetnya 2020 Indonesia merdeka sinyal. Jadi sinyal sudah bisa dirasakan di mana-mana," tutupnya.
Simak Juga '85% Pengguna Internet Berasal dari Jawa':
(bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini