Tradisi meron, yang merupakan acara tradisi tahunan itu digelar di jalan Kayen-Sukolilo, pada Kamis (22/11/2018) sore. Ribuan warga berkumpul di kawasan Sukolilo, Pati.
Sebanyak 13 gunungan setinggi sekitar 2 meter, berisi makanan tradisional khas daerah setempat diarak sepanjang rute kirab. Selesai diarak, warga yang telah memadati lokasi pelaksanaan tradisi langsung memperebutkan gunungan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dasarnya (makanan di gunungan) adalah beras ketan, dan itu merupakan lambang yang mempunyai makna ngraketaken (merekatkan) persaudaraan, persatuan," kata Abdul Qodir kepad wartawan, di sela-sela kegiatan.
Menurutnya Meron itu punya keunikan dan karakter yang tidak berubah sejak awal diselenggarakan hingga saat ini. Acara dimulai dari istighosah, kemudian diadakan takhtimul Qu'ran bil ghoib. Setelah itu prosesi yang dimulai dengan gebyar budaya dan prosesi terakhir ritualnya.
"Tradisi ini sudah rutin digelar setiap tahunnya untuk peringatan Maulid Nabi, antusiasnya tidak hanya dari masyarakat sekitar saja tapi juga banyak dari luar daerah," imbuhnya.
Sementara Kepala Disporapar Kabupaten Pati, Sigit Hartoko mengajak kaum muda atau milenial untuk memviralkan Meron sebagai destinasi wisata budaya. Dengan begitu, tradisi Meron bisa tetap lestari dan diteruskan oleh generasi selanjutnya.
"Meron menjadi warisan budaya yang punya karakteristik, dan ini perlu diviralkan tentunya melibatkan seluruh komponen termasuk generasi muda untuk memberikan multiplier effect termasuk dalam hal ekonomi dan kepada Desa Sukolilo," jelasnya. (bgs/bgs)