Pelaksana Seksi Perlindungan Anak BP3AKB Jateng, Isti Ilma Patriani mengaku pihaknya terkejut dengan pemberitaan tersebut karena di Jawa Tengah ditemukan fenomena tak lazim itu.
"Yang kami tahu sebelumnya nge-fly dengan obat batuk dengan dosis banyak, kemudian ngelem, ini kaget kok bisa menemukan cara yang ekstrem," kata Isti di kantornya, Jalan Pamularsih, Semarang, Rabu (8/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keprihatinan muncul setelah dikabarkan yang mengkonsumsi rebusan pembalut itu adalah remaja rentan usia 14 hingga 16 tahun. Maka BP3AKB akan mencari informasi dan berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait untuk hal itu.
"Kami akan cari banyak informasi di kabupaten kota mana saja. Kami akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan, dinas sosial dan dinas pendidikan karena mereka mitra kita di pelayanan terpadu," pungkas Isti.
Perilaku menyimpang itu cukup meresahkan, sehingga sesuai tupoksinya, BP3AKB ingin melakukan pencegahan karena para pengguna merupakan anak jalanan yang kemungkinan memiliki permasalahan dengan keluarga hingga akhirnya memilih hidup di jalan.
"Kami akan lebih banyak ke upaya edukasi dan pencegahan dengan cara mengajak masyarakat dan orangtua lebih peduli dengan anak-anak mereka dan menjadi orang yang nyaman bagi anak-anak," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, BNNP Jateng menemukan adanya anak jalanan yang mengkonsumsi rebusan pembalut. Para anak jalanan itu mengaku bisa "fly" dan berhalusinasi dengan air rebusan itu. Namun biasanya mereka berhenti setelah minum yang kedua kalinya karena menimbulkan efek halusinasi yang mengerikan. (alg/sip)